Tulungagung, HarianForum- Belasan anak usia menjelang remaja terlihat duduk santai di sebuah gasebo sederhana dengan beralaskan galar bambu, menunggu waktu sholat ashar berjamaah. Tampak semuanya menggunakan kain sarungitu, ternyata para santri pondok pesantren Al Azhaar Yatama. Menurut ustadz Lukman Hakim salah seorang pengasuh pondok pesantren yang berlokasi di desa Rejoagung, Kedungwaru, Tulungagung, bahwa santri di pesantrennya memang anak – anak yatim dan dhuafa.
Menurut alumni pondok pesantren Nurul Haromain Pujon kabupaten Malang, menceriterakan perjalanan berdirinya pondok pesantren Al Azhaar Yatama yang dirintis berdirinya sekitar tahun 2010.
”Melihat banyaknya disekitar kami dengan adanya kaum dhuafa yang tidak bisa menikmati pendidikan atau dapat bersekolah, kami telah sepakat dengan sahabat lainnya, berinisiatif untuk menampung saudara kita yang kurang beruntung dalam pendidikan terutama untuk yatim dan dhuafa,” tutur ustadz kelahiran Wonodadi Blitar.
Pondok pesantren Al Azhaar Yatama dalam merintis berdirinya, awalnya tidak mempunyai lahan untuk kegiatan belajar mengajar. Namun dengan segala usaha upaya akhirnya perjuangan ustad Lukman membuahkan hasil walaupun memperoleh tanah untuk pesantren dengan sistem peminjaman. Dikarenakan belum memiliki hak milik atas tanah, maka untuk menampung para santri, pengasuh pondok pesantren menggunakan bangunan yang bersifat insidental atau tidak permanen.
”Program belajar di pondok pesantren kami adalah Tahfidzul Qur’an dan Diniyah, sedangkan untuk menampung para santri, kami masih menggunakan bangunan yang tidak permanen dan seadanya. Sedangkan untuk bahan bangunan tersebut kami peroleh dari bongkaran bangunan bekas sekolah dasar di dekat sekitar pondok,” Ustad Lukman Hakim menambahkan ”Kami dan sahabat sahabat sebenarnya terus berinisiasi melalukan komunikasi kepada masyarakat agar responsif agar bersedia menjadi orang tua asuh yang membantu dalam membiayai para dhuafa, namun usaha kami belum sepenuhnya diterima dengan signifikan,” jelasnya.
Endriati, salah seorang pedagang di pasar Wage Tulungagung, merupakan salah satu dari sekian warga masyarakat yang simpati untuk tetap eksisnya pondok pesantren Al Azhaar Yatama guna membantu pendidikan bagi yatim dan dhuafa. Perempuan yang aktif di majelis ta’ lim Fastabiqul Khoiroth alumni 87 SMPN 1 Tulungagung ini selalu berusaha menyisihkan sebagian hasil dari usaha dagangnya untuk kelangsungan program pondok pesantren.
”Kami tidak bisa memberi dukungan material untuk program pondok pesantren ini dengan jumlah yang banyak, namun kami akan selalu berusaha memberi bantuan semampu kami. Kami berusaha konsisten memahami apa yang disampaikan ayat pada surat Al-Ma’un bahwa orang yang mendustakan agama itu adalah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,” ujarnya saat ditemui di halaman pondok pesantren Al Azhaar Yatama.(Anis)