Blitar, HarianForum.com- Kegelisahan yang tersimpan pada raut wajah Ninik Kristiana seorang penggiat pekerja migran, tidak bisa disembunyikan. Dirinya terlihat sangat benar benar berharap secepatnya Dewi Eko Yuliani bisa kembali berkumpul dengan orang tuanya.
Ninik Kristiana berjuang dengan niat sebagai sesama perempuan dan seorang ibu untuk bisa menemukan keberadaan Dewi Eko Yuliani yang selama hampir 8 tahun telah meninggalkan kampung halaman, orang tua, sanak saudara dengan modal asa bisa bekerja di negeri Jiran, agar menikmati hidup lebih layak menurut Dewi.
Perempuan yang pernah bekerja dan tinggal di negeri orang, masih mengingat rasa untuk menahan kerinduan dengan keluarga dan kampung halamanya. Maka tidaklah berlebihan bila dirinya ikut merasakan bagaimana orang tua Dewi, Muhamad Syukron dan istrinya yang sangat mengharapkan agar Dewi bisa kembali dan berkumpul bersama keluarga.
Berangkat membantu kepada sesama , dan dengan semboyan dirinya bahwa “Selama masih ada nafas saya ingin menjadi berkat untuk orang lain”. Kristiana dengan teman temanya di KOPI Gogodeso mulai melangkah dan berupaya untuk menemukan keberadaan Dewi.Tahap demi tahap dilakukan Kristiana membangun strategi agar apa yang direncanakannya bisa membuahkan hasil.
Tidak pernah ada kesepakatan sebelumnya untuk bertemu, namun dirinya menemui saya di sebuah bengkel dimana saya setiap hari menghabiskan waktu bila tidak ada keinginan menulis.
Dengan sedikit basa basi Kristiana menuturkan keinginannya mencari keberadaan Dewi yang sudah lama tidak diketahui keberadaan dan kondisinya. Dalam hati, sebenarnya saya tidak tertarik untuk membantu mewujudkan keinginan Kristiana menemukan Dewi, karena masalah dialami Dewi tidak hanya puluhan tapi ratusan atau juga bisa ribuan kasus yang sama, para pekerja migran di Malaysia, yang bermasalah.
Namun saya menangkap keinginan serta niat yang kuat dari tekanan intonasi nada bicara saat menyampaikan perihal tersebut. Dan yang paling merubah sikap saya, ketika saya menanyakan Kristiana tentang berapa dirinya mempunyai dana untuk mencari keberadaan Dewi.Pertanyaan tersebut ternyata dijawab hanya dengan diam beberapa saat, walaupun akhirnya Kristiana berterus terang tidak ada seorangpun yang membantu pendanaan meskipun hanya dengan 100 rupiah. Semua yang dilakukan atas inisiatif sendiri, dengan konsekuensi, dana juga dari dirinya sendiri.
Jawabannya membuat saya malu. Kristiana seorang ibu, masih sempat menyisihkan tenaganya, waktunya, pikirannya juga bahkan hartanya untuk meringankan kesulitan orang lain, dan saya saat itu merasa benar benar dipermalukan.
Dan jawaban Kristiana juga telah mengingatkan pada Yusuf bin Najmuddin Al Ayyubi, seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit dengan panggilan Shalahudin al Ayubi dengan kata bijaknya bahwa
“Saya meminta cinta dan Allah memberi saya orang-orang yang bermasalah untuk dibantu,”.
Memulai langkah awal Ninik Kristiana mengadukan kasus Dewi ke Loka Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau LP3TKI Surabaya melalui pemerintah desa Gogodeso, dan inisiatif pengaduan ke LP3TKI tersebut disetujui oleh kepala desa.
Dalam laporan pengaduan pertamanya, Kristiana melayangkan surat ke LP3TKI Surabaya, dan saat itu juga saya memutuskan mendampingi Kristiana dengan menulis semua keputusan langkahnya di Harian Forum.com,(2/2/2020) dengan judul “Dewi, 7 Tahun Tidak Ada Kejelasan Bekerja Di Malaysia,”
Surat pengaduan yang dikirim Ninik Kristiana, telah direspon LP3TKI Surabaya. Dan lembaga perlindungan pekerja migran menampakkan keseriusannya menangani laporan pengaduann, adanya bukti surat bahwa LP3TKI Surabaya telah menindaklanjuti dengan mengirim surat ke kantor Kedutaaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur. Dalam surat tersebut LP3TKI Surabaya menyampaikan dan menanyakan masalah keberadaan Dewi. Harian Forum.com merilis tulisan dimedia online dengan bertajuk “LP3TKI Surabaya Tindak Lanjuti Keberadaan Warga Gogodeso,” (20/2/2020)
Terbawa kegelisahan saat Kristiana melalui telepon seluler menceriterakan bahwa KBRI Kuala Lumpur sudah melakukan komunikasi dengan Depot Imigresen KLIA. Dan KBRI Kuala Lumpur juga telah mendapat jawaban, bahwa Dewi Eko Yuliani sudah dideportasi pada tanggal 5 September 2019, dengan tujuan Medan Sumatera Utara. Saya akhirnya merilis tulisan “Dewi Sudah Dideportasi Dengan Tujuan Medan,” (24/2/2020).
Melalui pembicaraan teleponn Ninik Kristiana, saya tidak bisa menebak dengan pasti apakah dirinya berbicara dengan menangis atau tertawa saat menceriterakan bahwa Moch. Fuat Wahyudi, SH Kasi Perlindungan dan Pemberdayaan, BP3TKI Medan, Sumatera Utara, telah menyampaikan berita bahwa Dewi Eko Yuliani saat ini telah berada di Medan, Sumatera Utara dalam kondisi baik baik. “Hampir 8 Tahun Kehilangan Jejak di Malaysia, Dewi Akhirnya Ditemukan Keberadaanya,” (4/4/2020).(Ans)