Blitar, HarianForum.com – Memenuhi hajat seusai mendeklarasikan Forum Warga NU kabupaten Blitar pada tanggal 1 Mei 2024, Imam Maliki dan Baidah Badarudin mempunyai pemikiran yang sama bahwasanya ziarah kubur ke makam waliyullah Jamaluddin Al-Husaini atau Syekh Jumadil Kubro dan Ali Rahmatullah dikenal dengan Sunan Ampel, juga para muassis Nahdlatul Ulama KH. Hasan Basri Sagipodin atau Hasan Gipo ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU pertama yang mendampingi K.H. M. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar, KH Abdul Wahab Hasbullah salah satu ulama yang ikut mendirikan Nahdlatul Ulama, juga ke makam KH Abdurahman Wachid atau Gus Dur cucu pendiri Nahdlatul Ulama K.H. Hasyim Asyari, bertujuan untuk tabarruk atau mendapatkan keberkahan.Ziarah yang biasa atau sering dilakukan Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah ke makam para waliyullah maupun para ulama yang dipandang memiliki kedekatan dengan Allah dan berjasa dalam berdakwah menebarkan agama Islam di masyarakat, menjadi tradisi yang sudah lama dijalani.
Namun begitu Imam Maliki mengungkapkan, bersama rombongan Forum Warga NU kabupaten Blitar, perjalanan ziarah ke makam waliyullah dan para muassis serta tokoh – tokoh Nahdlatul Ulama, dirinya bersama rombongan membawa segudang kegelisahan dengan kondisi yang ada, dimana semakin hari situasi yang dirasakan semakin bertambah runyam setelah adanya permintaan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU untuk diadakan pemilihan ulang ketua tanfidziyah pengurus cabang Nahdlatul Ulama kabupaten Blitar melalui surat nomor 1677/PB.03/A.I.03.44/99/2024 tertanggal 22 Maret 2024 yang ditanda tangani wakil ketua umum H.Amin Said Husni dan wakil sekretaris jenderal H.Nur Hidayat.
Imam Maliki benar – benar saat ini merasakan suasana yang tidak harmonis antara para pengurus baik dalam tingkatan maupun dalam satu lingkup kepengurusan, terutama yang berada di majelis wakil cabang atau MWC juga kepengurusan pada tingkat ranting.Bahkan menurutnya akan lebih rumit lagi, bila terjadi pemaksaan membuat struktur kepengurusan baru hasil pemilihan ulang.Imam Maliki meminta kebijakan PBNU untuk menghentikan kemelut kepengurusan cabang Nahdlatul Ulama kabupaten Blitar, dengan memberikan surat keputusan hasil konferensi cabang NU XVIII kabupaten Blitar tahun 2023.
” kalau dipaksakan strukturnya seperti itu pastinya merugikan, karena kepercayaan dari warga sudah sangat berkurang banyak.Dari ranting misalnya, atau juga dari MWC itu sangat berkurang.Untuk kegiatan selama ini, mendapat maupun tidak mendapat SK ketua terpilih tetap melakukan kegiatan dimana – mana memenuhi undangan untuk mengisi ceramah – ceramah misalnya lailatul ijtima di MWC, itu diundang juga datang tidak mengatasnamakan pengurus cabang karena belum mendapat SK, tetapi hanya mengatakan menjadi ketua terpilih.Karena keabsahannya belum ada, jadi beliau hanya mengatakan sebagai ketua tanfidz terpilih namun belum mendapat SK, dan itu sudah disampaikan beberapa kali di MWC – MWC yang mengundangnya.
Sebenarnya mudah, lebih baik hasil konfercab yang sudah ada dan kita laksanakan diberi SK.Nanti beberapa tahun ada konfercab lagi, mau milih siapa terserah ” ungkapnya.
Ada asap berarti ada api, lontaran kalimat Baidah Badarudin yang dimaknai tidak akan ada akibat jika tanpa sebab, dihubungkan dengan turunnya surat perintah untuk dilaksanakan pemilihan ulang ketua tanfidziyah PCNU kabupaten Blitar.
Memberikan pendapatnya, Baidah Badarudin menduga terjadinya kegaduhan di tubuh kepengurusan cabang Nahdlatul Ulama kabupaten Blitar, titik permasalahan bukan dari PBNU. Namun dari pengamatannya sumber prahara adanya beberapa individu yang tidak bisa menerima atau mengakui hasil konferensi.Meski begitu dirinya menyayangkan jatuhnya keputusan yang berdasarkan informasi hasil investigasi terhadap ketua terpilih hasil konferensi cabang NU XVIII kabupaten Blitar tahun 2023, H Arif Fuadi, tanpa adanya tabayun.
” adanya persoalan ini sebenarnya bukan dari PB ( PBNU.red), karena dari awal itu ada yang menyatakan bahwa pak Arif Fuadi tidak layak memimpin PCNU, menurut saya perkiraan seperti itu salah.Pak Arif di NU khidmah dan tidak neko – neko, juga pengalaman di organisasi sudah cukup.Setelah konferensi tidak ada masalah, tetapi di belakang hari seakan – akan kurang ini, kurang itu dan ternyata usut punya usut turunnya surat bukan sepenuhnya PB, tetapi ada pihak yang
mempersoalkan.PB memerintahkan pilihan ulang, tapi semua faktanya tidak ada masalah.Dan sekarang kalau mendengar suara dari warga itu miris, heran adanya pemilihan ulang.Karena selama ini tidak ada pemilihan ulang di beberapa periode sebelumnya tidak pernah ada ” tandas Baidah Badarudin.
” kelihatannya tidak ada ruang terbuka untuk diskusi atau musyawarah, ini sangat disayangkan.Banyak warga yang menanyakan adanya masalah ini, tetapi tidak ada pihak yang bisa menjelaskan, pokoknya tidak terbuka.
Kita telah menerima masukan, kalau memang dilakukan pilihan ulang harusnya semua, tidak hanya tanfidziyah.Sebenarnya tanfidziyah sudah selesai, karena suara pak Arif mayoritas, makanya kalau pilihan ulang ya semuanya.Dan keterlibatan ranting – ranting itu bagaimana, karena ada informasi nantinya hanya ketua MWC yang dilibatkan, dan ini akan menjadi masalah baru ” tambahnya
Tabayyun atau tabayun merupakan metode penyelesaian masalah dalam tradisi Islam, yang dilakukan dengan cara arif dan bijaksana serta sesuai kenyataan yang ada.Dengan tabayun akan diperoleh fakta sebagai bahan untuk menguji kebenaran, dimana hasilnya nanti bisa diterima oleh beberapa pihak yang mempunyai keterkaitan dengan persoalan yang terjadi.Menjadi peringatan untuk orang yang berfikir, akibat keputusan yang tidak didahului dengan tabayyun sangat berpotensi merugikan pihak lain, selain itu juga bisa menurunkan kepercayaan serta menimbulkan permasalahan lebih besar.Tabayun dalam kehidupan di masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam pencegahan timbulnya kerusakan terhadap sendi-sendi kerukunan maupun persatuan.(Ans).