Pertanian

Mengubah Mindset, Petani Blitar Tidak Lagi Tergantung Pupuk Pabrikan

659
×

Mengubah Mindset, Petani Blitar Tidak Lagi Tergantung Pupuk Pabrikan

Sebarkan artikel ini
Kadisperta Kab. Blitar Ir. Wawan Widianto.

Blitar, HarianForum.com- Kemarau panjang di tahun 2023, bila sesuai dengan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika bakal mengakibatkan kekeringan dan berpotensi menimbulkan persoalan serius bagi pertanian, tidak terkecuali lahan lahan pertanian di wilayah kabupaten Blitar.

Sangat diperlukan adanya tindakan sebagai langkah antisipasi terutama lahan pertanian di wilayah Blitar selatan, dimana ketergantungan air hujan untuk kebutuhan dan keberhasilan hasil pertanian sangat besar, maka diperlukan sebuah strategi yang diharapkan mampu mengurangi penurunan produksi atau mencegah terjadinya gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Ir Wawan Widianto disela pengamatan pada salah satu lahan persawahan di Kabupaten Blitar wilayah selatan (31/7), kepada HarianForum.com mengungkapkan dalam musim kemarau dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar memberikan saran kepada para petani memilih komoditas tanaman pangan yang tidak membutuhkan banyak air, atau tanaman lainnya yang tahan pada lahan kering.

“Kepada teman teman petani, kami
menyarankan dimusim kemarau seperti sekarang ini, hendaknya memilih komoditas tanaman pangan yang tahan terhadap kekeringan dan memaksimalkan pada lahan lahan dengan ketersediaan air. Bisa dengan tanaman jagung atau kedelai yang hari ini juga menjajikan atau juga mungkin ditanam sayur apabila itu bisa ditanam. Kami sudah membuat kebijakan dan petugas petugas kami di lapangan memberi saran untuk diinformasikan kepada para petani,” ungkapnya.

Tidak hanya menyampaikan penanaman komoditas pertanian pangan yang tepat menghadapi krisis air dampak dari kemarau panjang, namun Wawan Widianto juga menuturkan pupuk sintetis pada saat ini menjadi persoalan yang krusial karena terbatasnya pupuk bersubsidi sedangkan untuk pupuk non subsidi bisa diperoleh, namun dengan harga yang tinggi.

Keterbatasan pupuk sintetis yang dibutuhkan pertanian di sebagian negara negara di belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia sangat merasakan dampak timbulnya perselisihan negara Rusia dengan Ukraina yang berujung peperangan.

Dan meletusnya perang menjadi pemicu terganggunya suplay bahan baku produksi pupuk, dimana pertanian Indonesia mengandalkan importasi sebagian besar bahan baku pupuk dari kedua negara yang sedang bertikai.

Pecahnya perang Rusia dengan Ukraiana yang hingga kini masih berlangsung dan belum bisa dipastikan kapan usai, telah menimbulkan efek domino terhadap perekonomian hingga ketahanan pangan. Melihat kondisi yang ada, Wawan Widianto menandaskan perlunya terobosan dengan inovasi untuk mengurai permasalahan terhadap tehnologi pertanian yang diterapkan secara konvensional, dimana para petani masih menggantungkan pupuk maupun pestisida pabrikan.

“Kita memiliki kotoran hewan sapi, kambing, ayam atau kelinci yang bisa diolah menjadi pupuk organik dan inovasi produk lainnya. Yang pasti kami sangat berharap sekali, dengan sulitnya pupuk jangan hanya tinggal diam dan terus menggantungkan pupuk pabrikan yang bahan bakunya diperoleh dari luar negeri.Karena kalau pupuk tersebut tidak ada atau mahal harganya, maka sangat berpengaruh pada kegiatan dan produksi pertanian. Kalau kita mau inovasi, mengolah limbah yang ada disekitar kita sendiri yakinlah sangat bisa,” ujar Ir Wawan Widianto.

“Tetapi yang menjadi masalah adalah mindset sebagian petani terkadang karena sudah menjadi kebiasaan menggunakan pupuk pabrikan yang instan, beli langsung bisa diaplikasi. Dengan melihat dilapangan memang yang terjadi kebanyakan pada petani sewa lahan karena berfikiran dengan keberhasilan. Sebenarnya kalau mau mengamati teman teman petani yang melakukan secara pertanian organik dengan menggunakan saprodi dengan bahan yang ada disekitar, hasilnya tidak kalah dengan pupuk pabrikan,” tandasnya.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *