Blitar, HarianForum.com- Kawasan pegunungan kapur di pulau Jawa wilayah selatan termasuk Blitar, merupakan kabupaten yang memiliki wilayah pegunangan karst. Salah satunya berada di wilayah desa Pandanarum, kecamatan Sutojayan, juga merupakan bentangan pegunungan kapur dengan ciri khas tebing terjal, gua, dan sungai bawah tanah.
Namun pegunungan gamping yang berada di Blitar selatan, bukan termasuk dari deretan pegunungan yang terbentang memanjang di sepanjang pantai selatan kabupaten Gunung Kidul propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten Wonogiri propinsi Jawa Tengah, hingga kabupaten Tulungagung propinsi Jawa Timur, yang dikenal dengan deretan Pegunungan Sewu.
Meskipun pegunungan kapur di desa Pandanarum tidak termasuk deretan dari Pegunungan Sewu, tetapi karakteristik batuan kapur memiliki sifat yang sama, tidak bisa menahan air sehingga air hujan yang jatuh di kawasan ini akan segera meresap.Dan sifat batuan kapur juga mudah larut oleh air hujan sehingga merekah dan terjadi porositas yang kemudian menjadi lorong aliran air, sungai dalam tanah maupun gua alami.
Pegunungan kapur memiliki pori – pori yang mampu menyimpan air cukup besar, tidak salah bahwasanya pegunungan kapur merupakan tandon air raksasa yang akan melepaskan airnya dengan perlahan melalui mata air, serta sungai sungai bawah tanah.
Eksplorasi atas sumberdaya air, yang dilakukan oleh sebagian warga desa Pandanarum dan tergabung dalam komunitas Pandur, menunjukkan adanya beberapa potensi sumber mata air yang berada di pegunungan gamping Pandanarum.
“Teman – teman pandur memang sengaja melakukan pencarian telah menemukan beberapa sumber air yang berada lokasi peninggalan Joko Tarub. Dari semua mata air yang ditemukan teman teman, air yang keluar cukup besar dan jernih. Tapi kita akan menunggu pada bulan 6 dan 7 nanti, apakah sumber tersebut airnya tetap lancar atau tidak. Kalau dari sumber air tersebut lancar, maka akan kami manfaatkan selain untuk pertanian di sekitar desa Pandanarum yang luasnya kurang lebih 50 hektar juga kebutuhan lainnya. Dengan adanya air di sepanjang waktu, masyarakat sekitar khususnya bagi petani tidak perlu lagi mengaliri sawahnya dengan menggunakan diesel,” jelas Budi Pandur atau nama terangnya Ragil Setyo Budi Santoso koordinator Pandur, pada saat diskusi Mencari Jejak Sejuta Mata Air di Tlatah Bumi Pandanarum.
Kurang lebih 15 peserta, diskusi yang digelar di Theng Warung Dalem desa Pandanarum, hadir selain penggiat komunitas Pandur, juga beberapa sesepuh dan tokoh masyarakat desa Pandanarum serta LSM BIC Institut. Pada perjalanan diskusi, Mujianto, SSos, MSi direktur BIC Institut mengungkapkan kepada komunitas pandur agar segera melegal formalkan komunitasnya menjadi lembaga swadayamasyarakat.
Disampaikan Mujianto dihadapan peserta diskusi bahwa pendirian perkumpulan dengan memiliki sebuah legalitasnya bisa memperoleh perlindungan maupun bantuan hukum seandainya pada sewaktu-waktu terjadi persengketaan. Selain itu menurut Mujianto, lembaga yang berbadan hukum akan lebih memiliki nilai kredibelitas baik publik maupun para donatur, serta kemudahan mendapat bantuan.
Mujianto melanjutkan, lembaga swadaya masyarakat atau LSM merupakan lembaga yang bersifat independen. Namun, sebagai dukungan terhadap visi, misi serta program untuk bisa tetap berkelanjutan, sebuah LSM bisa melakukan kerja sama dengan pihak manapun termasuk dengan pemerintah.
“Harus mempelajari dokumen anggaran dulu baik APBD atau APBN agar bisa mengetahui anggaran yang ada. Sedangkan nantinya untuk mengakses dana, teman teman Pandur bisa melakukan kerjasama pendekatan secara partisipatif, dengan memasukkan agenda yang diadvokasi menjadi isu strategis bersifat urgen kepada pembuat kebijakan publik. Sehingga isu yang dibawa teman teman Pandur, sesegera mungkin ditangani dengan alasan menyangkut persoalan sosial ekonomi. Maka untuk itu perlunya teman teman Pandur mengumpulkan data-data real di lapangan, sebagai basis pijakan terhadap penyelesaian masalah melalui penganggaran,” ungkapnya.
Diskusi yang digelar pada hari Jum’at (23/04), dimulai pukul 20.15 wib dan rampung pada pukul 23.30 wib menurut salah satu tokoh penggiat Pandur, Sudarmianto atau dikenal mbah Darmi menyampaikan bahwa rencana diskusi dengan tema pembahasan yang sama mengudar potensi mata air sebagai pembahasan tindak lanjut, akan diadakan atau digelar kembali. Disinggung rencana akan mengundang pihak legislatif dan eksekutif sebagai narasumber dalam diskusi, mbah Darmi tidak mengelak.
“Memang benar, rencana kami nantinya akan menggelar lagi diskusi, namun juga mengundang komisi II DPRD, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup dan kemungkinan juga Dinas Pertanian termasuk bapak kepala desa Pandanarum,” terangnya kepada Harian Forum.com.(Ans)