Pariwisata

Memiliki 400 Karyawan, Melibatkan 125 UKM, Kampung Coklat Harus Tetap Hidup

514
×

Memiliki 400 Karyawan, Melibatkan 125 UKM, Kampung Coklat Harus Tetap Hidup

Sebarkan artikel ini
Kholid Mustofa, pemilik destinasi wisata edukasi Kampung Coklat.

Blitar, Harian Forum.com- Kampung coklat salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan telah menutup kegiatannya secara total pada masa pandemi covid – 19. Penutupan dengan menghentikan seluruh aktivitas yang ada, merupakan bagian upaya pencegahan menyebarnya virus corona. Penutupan sementara terhadap tempat tempat publik oleh pemerintah, termasuk destinasi wisata yang berada di kabupaten Blitar salah satunya kampung coklat, sebagai upaya dapat memutus rantai penyebaran virus corona.

Pemilik destinasi wisata edukasi kampung cokla, Kholid Mustofa bercerita tentang perjalanan usaha wisata yang dikelolanya di masa pandemi covid – 19. Disampaikan, bahwa pada awal pandemi, kampung coklat selama 4 bulan telah menghentikan semua kegiatan dengan menutup secara total dan tidak menerima pengunjung.

Pada saat itu Kholid benar benar merasa dalam kondisi yang dilematis. Salah satu sisi, dirinya sangat memahami keputusan pemerintah yang menutup semua fasilitas untuk umum termasuk tempat wisata miliknya,  karena yang dilakukan oleh pemerintah merupakan bagian dari pengendalian penyebaran virus corona. Namun di sisi yang lain warga desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar ini, harus bisa menghindari timbulnya dampak ekonomi yang berujung masalah sosial, terutama bagi karyawan dan masyarakat di sekitarnya.

Kepada HarianForum.com, Kholid Mustofa mulai menyampaikan perspektifnya tentang keberadaan destinasi wisata. Bagi sebagian orang, wisata dianggap sebagai kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier, bahkan ada yang berfikir bahwa wisata merupakan sesuatu kegiatan yang tidak penting. Namun menurut pendapatnya sebagai pengelola destinasi wisata, adanya kegiatan wisata justru masyarakat mampu memenuhi kebutuhan primernya, terutama bagi masyarakat yang berada dilingkungan sekitar.

Amalia bersama temannya tetap menerapkan Prokes covid – 19.

“Meskipun selama 4 bulan aktivitas kami berhenti, namun tidak ada karyawan yang dirumahkan. Kampung coklat memiliki 400 karyawan, dan melibatkan 125 usaha kecil menengah atau UKM, serta ratusan keluarga yang terlibat mulai pengelolaan parkir, pemasok, pengembang, perawatan, dan masih banyak yang terlibat di disini. Di sini, di kampung coklat terjadi perputaran ekonomi sangat besar,” jelasnya.(16/12)

Meneruskan penjelasannya, pada bulan Agustus 2020 dirinya mulai melakukan uji coba dengan membuka kembali aktivitas wisatanya, dengan mengikuti protokol kesehatan secara ketat.Pengunjung yang datang memakai masker menjadi sebuah kewajiban, sedangkan untuk mencuci tangan, Kholid telah membangun 40 tempat untuk mencuci tangan secara permanen, dan dirinya menambah 15 karyawan yang mempunyai tugas khusus, mengawasi pengunjung dan selalu mengingatkan agar tetap menjaga jarak serta mengurai apabila terjadi kerumunan.

Pemilik destinasi wisata edukasi yang pernah meraih penghargaan anugerah wisata Jawa Timur pada tahun 2018 ini mengungkapkan, penambahan karyawan yang bertugas khusus untuk protokol kesehatan tidak hanya sebatas perekrutan saja, namun karyawan tersebut dilatih secara khusus. Selain itu memberikan edukasi di lingkungan baik untuk pekerja yang berada diluar maupun yang ada di dalam, dengan mengundang institusi terkait dengan penanganan covid – 19, dan hingga sampai saat ini edukasi tersebut terus berjalan. Tidak hanya itu, di kampung coklat dilengkapi peralatan pendeteksi, klinik, ruang kesehatan dengan dokter yang berjaga.

“Harapan kita tidak harus kembali seperti semula, namun bagaimana tempat ini harus tetap hidup. Kalau ini tutup dan terpaksa merumahkan tenaga kerja, kita akan kesulitan untuk bisa bangkit kembali. Karena orang orang yang ada disini sudah terlatih 4 sampai 5 tahun. Jadi yang kita pikir bagaimana orang di dalam sini tidak kita rumahkan. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada yang kita rumahkan, walaupun dari sisi pengunjung masih 50 persen dari kondisi normal sebelum adanya covid,” ungkap Kholid Mustofa.

Amalia, salah satu pengunjung yang berdomisili tidak jauh dari kampung coklat. Duduk dibawah pohon coklat bersama kedua temannya, ditanya aktivitasnya dengan kondisi pada saat ini. Remaja dengan mengenakan kerudung merah, mengaku tetap menjalankan aktivitasnya meskipun pandemi covid – 19 belum menunjukkan tanda tanda berakhir. “Kami tetap melakukan aktivitas seperti biasanya, namun tetap menerapkan protokol kesehatan,” jawabnya singkat.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *