Serba-serbi

Membumikan Amaliyah Sholawat Nariyah Pondok Panggung Di Blitar

617
×

Membumikan Amaliyah Sholawat Nariyah Pondok Panggung Di Blitar

Sebarkan artikel ini
Gus Huda, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Panggung, Tulungagung.

Tulungagung, HarianForum.com- Biasanya pada malam Jum at legi Ba’da adzan maghrib jamaah sholawat pondok panggung bersiap siap menunaikan sholat berjamaah di masjid. Gelaran karpet maupun tikar lengkap dengan tenda, telah disiapkan di halaman masjid karena di dalam tidak lagi mampu menampung ribuan para jamaah yang datang dari Tulungagung, Trenggalek maupun Blitar.

Selesai sholat berjamaah maghrib, dzikir serta sholat sunnah ba’diyah, imam mulai mengawali dengan mengerjakan 2 rakaat shalat sunnah tasbih, 2 rakaat shalat hajat, sujud syukur, kemudian bacaan kalimat kalimat yang mengungkapan kecintaan, harapan, penghambaan kepada Allah SWT yang bersumber dari kitabullah Al Qur’an, kemudian bacaan sholawat nariyah diamalkan.

Namun pemandangan kegiatan jamaah amalan sholawat nariyah pondok panggung sudah10 bulan lebih, tidak nampak aktivitasnya atau semenjak merebaknya pandemi covid 19.

Jamaah sholawat nariyah pondok pesantren Panggung, dalam mengamalkan sholawat nariyah, niatnya tidak lain hanya berharap dapat memperoleh syafaat dari Rasulullah Muhammad SAW. Amalan sholawat nariyah yang dulunya hanya diikuti oleh para santri pondok, saat ini rutinitas amalan tersebut diikuti oleh masyarakat umum dari Tulungagung, Trenggalek, Blitar bahkan Lawang.

Sejak adanya covid kegiatan sholawat nariyah ditiadakan secara berjamaah terutama pada malam Jum’at legi. Semua dilakukan untuk menghindari penyebaran virus dan mengikuti anjuran dan aturan pemerintah tentang pengendalian penyebaran covid.

“Kondisi dan jumlah jamaah nariyah pondok panggung sudah berubah. Kalau dulu hanya diikuti oleh para santri pondok maupun alumni saja, namun sekarang warga masyarakat umum banyak yang aktif dan rutin mengikuti amalan sholawat terutama pada malam Jum’at legi atau lebih dikenal dengan sholawatan nariyah kubro.Karena semakin banyaknya jamaah yang hadir dan mengikuti, sekarang tidak lagi dipusatkan di Tulungagung, selain menghindari untuk tidak menimbulkan pertemuan dengan jumlah besar, juga tidak memberatkan bagi jamaah dari luar Tulungagung seperti jamaah dari Lawang, Blitar dan Trenggalek. Bagi yang sudah mendapat ijazah bisa mengamalkan sholawat nariyah di daerahnya masing masing. Lawang dan Trenggalek sudah terselenggara, untuk Blitar sudah disusun, tinggal pelaksanaannya saja,” tutur H. Muhammad Nurul Huda, yang kerap menjadi imam pada saat amalan sholawat nariyah pada malam Jum’at Legi menuturkan kepada HarianForum.com, di pondok pesantren Panggung, Tulungagung.

H. Muhammad Nurul Huda merupakan putra bungsu KH. Asrori Ibrohim, salah satu pendiri pondok pesantren yang terletak di kelurahan Karangwaru, kecamatan Tulungagung mengungkapkan sampai saat ini, bahwa amalan sholawat nariyah tetap menjadi amalan yang tidak ditinggalkan untuk santri pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1958.

Disampaikan Gus Huda, sapaan akrab H.Muhamnad Nurul Huda bahwa warisan amalan sholawat nariyah, merupakan salah satu amalan bagi santri yang belajar di pondok panggung.

“Amalan sholawat nariyah di pondok panggung, dilakukan terus menerus kurang lebih selama setengah abad. Awal diamalkan sholawat nariyah dari seorang alim ulama dari Magelang yang datang menemui Yai Asrori (KH.Asrori Ibrahim.red) dan memberi ijazah serta memberikan pesan kalau mendirikan pondok pesantren, Yai Asrori diminta untuk terus tetap istiqomah mengamalkan sholawat nariyah. Setelah pondok berdiri, sekitar tahun 1960, Yai Asrori, mengawali amalan sholawat nariyah secara lokal, atau dilakukan di dalam pondok pesantren, dan memberikan ijazah kepada para santri santrinya,” jelas H. Muhammad Nurul Huda.

“Ternyata banyak jamaah menginginkan untuk susunan atau urutan amaliyah sholawat nariyah dijadikan buku panduan yang nantinya diperbanyak dan disebarkan kepada jamaah. Mendapat usulan dari jamaah, Yai Asrori kemudian bersilaturahmi dan mengunjungi ke beberapa kyai kyai di Jawa Timur menyampaikan naskah penerapan amaliyah sholawat nariyah jamiyah pondok panggung. Keinginan Yai Asrori mendapat restu dari kyai kyai dan bahkan ada beberapa yang menambahkan ke dalam susunan naskah amaliyah sholawat nariyah,” imbuhnya.

Sementara Agus Prasetyo warga kota Blitar, salah satu jamaah sholawat nariyah pondok panggung yang biasanya rutin mengikuti amalan sholawat nariyah, mengaku menginginkan sholawat nariyah bisa diadakan lagi seperti biasanya.

“Dulu sebelum ada pandemi, kami rutin mengikuti pada malam Jum’ at legi di Tulungagung, namun adanya pandemi kegiatan sholawatan berjamaah diliburkan. Harapan kami semoga pandemi corona segera berakhir, dan kegiatan sholawatan bisa berjalan lagi seperti biasanya,” ungkapnya.(Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *