Nganjuk, HarianForum.com – Menghilangnya bibit jagung merk tertentu dikalangan petani, utamanya di daerah Nganjuk dan sekitarnya, sama sekali tidak berpengaruh bagi Murdjito dan kawan-kawan yang tergabung dalam Gerakan Petani Nusantara GPN Nganjuk.
“Kenaikan dan kelangkaan bibit Jagung, sama sekali tidak membuat kami resah, ujar Murdjito yang didampingi Syaikhu, sabtu (12/08/2017) pasalnya GPN telah mengembangkan bibit jagung lokal dengan merk Lamuru. Tambahnya.
Jagung lokal terbukti lebih tahan terhadap serangan hama karena sudah kebal, dan bisa di tanam berulang- ulang, tidak perlu beli benih lagi, cukup beli dipetani, “kalaupun toh hrs beli, dengan harga yang terjangkau,’ kata dia.
Selain itu tak perlu jauh-jauh, karena Benih dapat di beli antar peteni sehingga dapat memutus mata rantai penjualan benih sebagai penyebab mahalnya harga, “dampak lain terbentuknya jaringan usaha antar petani seperti yang diharapkan oleh GPN,” kata Syaikhu menambahkan ucapan Murdjito.
Dijelaskan oleh Syaikhu, dari, oleh dan untuk petani, itulah impian yang ingin diwujudkan oleh Gerakan Petani Nusantara GPN. Hasil produknya dari petani, pelaku pasarnya dan penentu harga oleh petani, hasil dibudidaya dikembangkan lagi untuk memenuhi kebutuhan benih untuk petani.jika itu bisa dilakukan nyaris tidak akan muncul yang namanya tengkulak.
Hasil panen jagung lokal tak perlu diragukan, karena hasilnya tidak jauh berbeda dengan jagung hibrida yang biasa ditanam petani pada umumnya, demikian juga harga jualnya.
Sampai sejauh ini Murdjito bekerja sama dengan petani di Kabupaten Kediri (kuncoro) yang sudah dipercaya oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih BPSB Jawa Timur untuk mengembangkan benih Jagung lokal.
Benih jagung lokal dan kreasi petani akan lebih menguntungkan ketimbang jagung bermerek termasuk Hibrida, karena jagung bermerek maupun jagung hibrida tidak menjamin tahan dari serangan hama bulai.
“Lebih dari itu yang di harapkan GPN adalah kemandirian petani dengan pemanfaatan kearifan lokal.” Kata Syaikhu menutup obrolanya (nur)