Blitar, HarianForum.com – Kabar mundurnya H.Adib Zamhari dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD kabupaten Blitar, tak pelak mengejutkan beberapa tokoh warga nahdliyin di kabupaten Blitar.Ibarat tidak ada hujan dan angin, KH.Drs. Arif Fuady.MM, salah satu politikus senior Blitar yang ikut membidani kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB kabupaten Blitar pada tahun 1998, mengaku kaget dengan adanya berita pengunduran diri salah satu wakil rakyat dari fraksi PKB secara tiba tiba.
Masih dalam suasana lebaran, ditemui pada acara halal bi halal di kediamannya desa Kuningan, kecamatan Kanigoro, mantan wakil bupati Blitar kepada Harian Forum.com mengungkapkan, apabila berita salah satu kader PKB yang mengundurkan diri dari anggota legislatif tersebut benar, secara pribadi dirinya sangat menyayangkan.
Disinggung perihal tersebut, KH Arif Fuady menyampaikan didalam sebuah lembaga atau partai pasti ada persoalan persoalan lainnya dan pasti terus ada, sehingga apabila ada kader yang mengundurkan diri dengan timbulnya permasalahan yang setidaknya masih bisa dicarikan solusi penyelesaiannya, sangat disayangkan.
“Sudah biasa didalam sebuah lembaga atau partai timbul polemik .Didalam partai biasanya ada aspirasi aspirasi yang baik, namun aspirasi tersebut ternyata belum direspon atau bahkan tidak mendapat respon dari pimpinan, sehingga menimbulkan kekecewaan, itu wajar dan manusiawi.Namun apabila kekecewaan tersebut kemudian diekpresikan dengan emosi yang sifatnya pribadi atau sepihak, apabila dibiarkan yang jelas lembaganya menjadi korban, bahkan menjadi preseden buruk bagi lembaga atau partai.Bahkan sangat tidak menutup kemungkinan masalah tersebut akan terus menggelinding secara liar tanpa terkendali.Sehingga sangat berpeluang dimanfaatkan pihak lain untuk membangun pendapat publik bahwasanya di internal partai sedang dalam kondisi tidak baik atau bisa dikatakan rapuh didalam, ini sangat sangat merugikan” ungkapnya dengan mimik serius.
Pernah menjabat wakil ketua DPRD kabupaten Blitar dari fraksi PKB, KH Arif Fuady mengharapkan persoalan di partai yang identik dekat warga nahdliyin secepatnya bisa diselesaikan dengan bertemu dan duduk bersama mencari solusi untuk meredam gejolak yang sama sekali tidak menguntungkan partai.Menurutnya bila ada kader partai mundur dari keanggotaan lembaga legislatif, KH Arif Fuady menilai sikap tersebut kurang bijaksana, maka sudah semestinya partai dalam hal ini dewan pimpinan cabang atau DPC harus mempertahankan yang bersangkutan tidak mengundurkan diri dengan mencari penyelesaian permasalahan.
“DPC harus nggandoli, karena yang bersangkutan merupakan anggota DPRD yang dibelakangnya setidaknya ada rakyat yang telah memilih di daerah pemilihannya dan sebagai wakil rakyat untuk kabupaten Blitar, jadi tidak boleh sikapnya mementingkan secara individu. Banyak yang mengakui bahwa mas Adib seorang kader yang sangat potensial, namun masih baru.
Maka diperlukan waktu untuk berproses dengan menghadapi banyaknya persoalan persoalan yang ada. Sangat disayangkan, ibarat tidak ada hujan dan angin, tiba tiba mengundurkan diri.Bagi kader yang mempunyai aspirasi namun tidak bisa dipenuhi oleh partai atau pimpinan partai, wajar jika menimbulkan kekecewaan.
Namun kekecewaan tersebut seharusnya disikapi dengan bijaksana, tidak perlu dengan mengundurkan diri.Sikap tersebut juga harus dijadikan komitmen bagi kader yang lain, agar partai bisa tetap solid” tandas KH Arif Fuady.
Di tempat dan waktu yang sama, kader senior militan Ansor dan Banser kabupaten Blitar, Slamet Widodo dan Satijan Abdullah yang aktif dalam perjuangan pada masa pergolakan politik nasional tahun 1965, juga ikut menyayangkan adanya kader PKB yang mengundurkan diri dari legislatif.
Slamet Widodo menyampaikan saat pergolakan politik tahun 1965, Barisan Ansor Serba Guna atau Banser dalam perjuangannya benar benar dibutuhkan pengorbanan dengan keikhlasan dan penuh kesadaran untuk membela agama, ulama, masyarakat serta Negara.
“Secara pribadi saya menyikapi seharusnya jangan terlalu cepat memutuskan mengundurkan diri, dipertimbangkan terlebih dahulu dan diambil yang terbaik sebelum membuat keputusan, untuk menjaga nama organisasi. Bila ada masalah sebaiknya dicari penyelesaian bersama sama, dan yang paling penting tradisi dalam menjaga kelestarian para sesepuh maupun ulama dalam menyikapi masalah harus tetap dijalankan. Kalau bicara persoalan kecewa, mungkin saya mutungnya sudah dari dulu. Namun semua dipikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu, untuk mencari penyelesaian secara baik baik” tukas Slamet Widodo disepakati rekan seperjuangannya Satijan Abdullah yang berpesan untuk menghindari atau bahkan membuang sikap yang kurang tepat dalam mengambil keputusan, dan tidak pernah mengenal patah semangat dalam perjuangan.(Ans)