Blitar, HarianForum.com- Menyampaikan ilmu tentang hayati yang merangkum disiplin ilmu dengan mempelajari aspek kehidupan organisme dan makhluk sub organisme, serta penerapan teknologi budidaya modern sebagai upaya peningkatan produksi maupun kualitas
sampai dengan pemanfaatan alat mesin pertanian, harus segera mungkin diperkenalkan kepada generasi muda.
Penerapan inovasi inovasi potensi pertanian, dengan konsisten dibarengi dengan praktik pertanian yang berkelanjutan pengolahan hasil pertanian serta pemasaran produk pertanian, merupakan strategi menjaring minat generasi muda, untuk menjadi petani. Juga dengan meyakinkan bahwa bertani, merupakan profesi yang apik dan memiliki jaminan serta prospek yang menguntungkan di masa depan. Tidak hanya itu, penerapan inovasi pertanian akan memberikan kemanfaatan berkelanjutan, tidak hanya mampu meningkatkan daya ekonomi namun juga dapat menjaga kelestarian lingkungan.
Hadirnya generasi muda yang telah memilih petani sebagai profesi atau kaum milenial yang terjun menggeluti dunia pertanian secara konkrit di kabupaten Blitar, benar benar menjadi harapan Suwito Saren Satoto. Menurutnya ditangan generasi muda, potensi di bidang pertanian akan lebih cepat dirubah menjadi pilar pilar pertumbuhan ekonomi, dengan pemikiran bahwa petani milenial lebih inspiratif, inovatif, energik, antusias, dan tidak canggung mengadopsi tehnologi digital dalam mengelola pertanian menjadi ladang bisnis.
“Pemerintah mendukung penuh kehadiran pemuda untuk menjadi petani. Bagaimana image petani bisa menarik bagi pemuda, tentunya tehnologi harus dihadirkan menurut saya. Kita tidak bisa lagi menggunakan pola mengolah pertanian dengan cara lama. Kemudian inovasi mulai varietas tanamannya sampai pada budidaya lebih praktis atau mudah, dan yang pasti ujungnya pada hasil berkualitas. Sekarang kita pelan pelan harus memberi gambaran persoalan persoalan yang dihadapi dalam dunia pertanian,” ungkap Suwito Saren Satoto, ketua DPRD kabupaten Blitar kepada HarianForum.com, seusai acara Jagong Tani yang digelar di desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar oleh Aliansi Petani Indonesia atau API dalam memperingati Hari Pangan se Dunia, Sabtu (31/10).
“Salah satu contoh pada kondisi sekarang, petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi, namun ada inovasi yang arahnya dengan mulai mengurangi pupuk kimia bahkan meninggalkan. Kemudian ada peran peran lainnya, bahwa petani tidak hanya budidaya saja namun pasca panen baik mulai pengelolaan, pemasaran maupun penjualan, merupakan bagian dari agrobisnis. Saya kira petani milenial bisa berperan baik on farm maupun of farm,” imbuhnya.
Petani milenial memuat banyak potensi potensi di bidang pertanian. Disinggung perlu adanya Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD Agrobisnis yang mempunyai diharapkan untuk bisa melindungi produk produk yang telah dihasilkan dari para petani, politisi senior PDIP kabupaten Blitar ini menyampaikan penuturannya.
“Keinginan itu ada, walaupun sampai sekarang ini prakteknya bukan BUMD tetapi koperasi. Misalnya koperasi hasil ternak, dan beberapa jenis hasil tanaman holtikultur yang dikerjasamakan dengan daerah lain terutama pasar. Berangkat dari pengalaman usaha sejenis seperti Bumdes, atau usaha usaha petani lainnya memang sangat tepat diadakan BUMD, sehingga peraturan daerah perlu dihadirkan Atau mungkin perda yang ada dan berkaitan dengan BUMD ditambah dengan adanya perusahaan daerah yang bergerak di bidang pertanian. BUMD tetap ada tapi ditambah dengan perusahaan daerah untuk bidang agro bisnis,” pungkas Suwito Saren Satoto.(Ans)