Pertanian

Kedaulatan Pangan, TO Suprapto Bangkitkan Gerbang Kampung Raja Mapan

944
×

Kedaulatan Pangan, TO Suprapto Bangkitkan Gerbang Kampung Raja Mapan

Sebarkan artikel ini
TO Suprapto (kiri) bersama Heri Setiawan.

Kediri, HarianForum.com – Ikut campur tangan manusia terhadap kehidupan tumbuhan merupakan dalil pertanian, tidak berbeda dengan perternakan adanya keikutsertaan manusia terhadap kehidupan hewan begitu juga dengan perikanan, keterlibatan manusia dengan kehidupan ikan. Sedangkan pertanian terpadu merupakan keterlibatan manusia dalam kehidupan tanaman, peternakan dan perikanan yang terkelola dalam satu hamparan.

Pengelolaan daya pangan dalam satu hamparan yang terintegrasi m, dimana satu komoditas memiliki keterkaitan dengan komoditas lainnya, disampaikan oleh perintis integrated farming Indonesia Joglo Tani Yogyakarta, TO Suprapto di kediaman anggota DPRD Propinsi Jawa Timur fraksi PDIP, Heri Setiawan sebelum digelarnya acara Sosialisasi Pertanian dengan tema Pembangunan Pertanian Yang Berkelanjutan Dengan Sumber Daya Alam Lokal Melalui Pupuk Organik, Sabtu (2/9).

Kepada HarianForum.com, penggagas maupun pendiri wahana edukasi pertanian terpadu Joglo Tani Yogyakarta melanjutkan penyampaiannya, pola berkelanjutan dalam pertanian terpadu atau pertanian terintegrasi membentuk simbiosis mutualisma dalam satu hamparan, dimana terdapat perputaran ekologis kehidupan dengan adanya aliran energi serta siklus nutrisi.

“Limbah pertanian merupakan awal peternakan, artinya limbah atau akhir pertanian digunakan sebagai pakan ternak. Sebaliknya limbah atau akhir ternak dipergunakan untuk pertanian atau tanaman sebagai pupuk. Dalam pertanian juga dibagi bagi, mulai dari pertanian akar, pertanian batang dan pertanian yang menghasilkan daun, bunga maupun buah. Ini akan bermanfaat selain bagi tumbuhan itu sendiri juga bagi manusia maupun hewan ternak,” jelasnya.

“Sedangkan peternakan ada unggas dan peternakan besar. Kalau ternak unggas akan bicara tentang pedaging dan petelor, untuk peternakan besar, berbicara pedaging dan peranakan. Dalam pertanian, peternakan dan perikanan ada namanya pra budidaya, aksi budidaya dan pasca budidaya. Kalau pra budidaya di pertanian meliputi tanah, pupuk , bibit. Sedangkan pra budidaya peternakan kaitannya dengan kandang, bibit begitu juga perikanan juga sama yaitu kolam , air dan bibit.” imbuhnya.

Inisiator pengembangan edukasi pertanian terintegrasi yang selalu menyelipkan pesan pesan kemerdekaan bertani mengungkapkan,
dalam sistem pertanian terpadu yang saling berhubungan komoditas satu dengan komoditas yang dikelola lainnya bertujuan melahirkan produk produk bagi manusia baik harian, mingguan bulanan sampai tahunan secara berkelanjutan. Dituturkan, dengan pertanian terpadu petani bisa memperoleh penghasilan harian telur bebek pada pagi hari, sedangkan telur ayam pada sore hari.

Dimisalkan pengolahan telur asin dari unggas bebek bisa menjadi sumber penghasilan untuk mingguan, sedangkan penghasilan bulanan produk yang diperoleh dari sayuran, dua bulan hortikultura, tiga bulan bisa ikan, empat bulan padi, enam bulan dimisalkan salah satunya penggemukan hewan kambing maupun sapi dan penghasilan satu tahun peranakan kambing atau sapi.

“Semua orang membutuhkan pangan termasuk sandang dan papan. Bicara persoalan pangan, ini berkelanjutan pada ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.
Ketahanan pangan yang penting orang bisa makan, perkara mendapatkannya itu salah satunya dengan cara membeli. Seperti pada saat ini mereka masih pada tingkatan pasif konsumtif, dimana banyak yang masih membutuhkan bantuan hanya untuk bertahan, meskipun untuk mendapatkanya diperoleh dari pihak lain,” tutur TO Suprapto.

“Ketahanan pangan versi joglo adalah pasif konsumtif, kalau sudah menuju kemandirian pangan adalah aktif produktif, tanam apa yang kita makan, makan apa yang kita tanam akar, batang, daun, bunga, buah, ikan, unggas dan ternak besar, tetapi bibit obat dan pupuk masih tergantung, artinya belum berdaulat.Kalau aktif produktif dan bibit, obat maupun pupuk bisa membuat sendiri atau tidak ada lagi ketergantungan bibit, obat dan pupuk, maka sudah bisa dikatakan kedaulatan pangan,” imbuhnya.

Ditanya langkah apa saja yang harus dilakukan untuk bisa mencapai kedaulatan pangan, TO Suprapto menandaskan pencapaian kedaulatan pangan merupakan puncak dari kedaulatan, maka harus ada upaya yang tegas untuk menghilangkan tekanan tekanan baik ekonomi, alam, sosial, budaya, global atau pasar bebas serta kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada petani. Pertanian terpadu merupakan konsep solusi adanya tekanan tekanan, dari ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dan bahwasanya kebutuhan hidup bisa terpenuhi dari apa yang dibudidayakan.

Lebih lanjut, TO Suprapto mengatakan ada istilah pertanian terpadu ditingkat rumah atau kawasan rumah pangan lestari biasa disebut KRPL, apa yang ditanam apa yang dimakan apa yang dimakan apa yang ditanam secukupnya yang ditanam disekitar rumah. Tetapi kalau pertanian terpadu untuk bisnis atau profit oriented, pengelolaan ditingkat wilayah baik secara kelompok atau desa. Sehingga disitu bisa diprogram yang namanya Gerbang Kampung Raja Mapan artinya gerakan pembangunan kawasan masyarakat pertanian unggulan rakyat sejahtera mandiri pangan.

Namun begitu, kedaulatan pangan merupakan puncak mesti harus menghilangkan enam tekanan. Pada tekanan pertama, masalah ekonomi, belum mandirinya pupuk, obat dan bibit. Pada waktu membeli bibit, obat maupun pupuk, harga yang menentukan adalah yang menjual. Sebaliknya pada saat petani menjual hasil, yang menentukan harga yang membeli.

Selanjutnya, para petani dalam bertani tidak menurut tuntunan Tuhan juga tidak menurut tuntunan alam, tetapi lebih mengikuti tuntunan pabrik.Obat dan pupuk sintetis yang dijual mengakibatkan rusaknya tanah, miskin unsur hara sehingga hama merajalela. Ini yang dimaksud dengan tekanan alam. Dari petani petani yang tidak mau aktif produktif, dampaknya menjadikan anak muda tidak bangga menjadi petani. Anak muda menganggap petani itu kotor, petani itu miskin sehingga mereka menganggap petani itu gagal, dan ini merupakan tekanan sosial.

Bertani dengan pertanian terpadu akan meningkatkan kualitas petani, dimana limbah ternak bisa digunakan untuk pertanian dan sebaliknya limbah pertanian untuk peternakan, ini yang menjadikan pertanian berkelanjutan. Tetapi budidaya atau budaya tersebut hilang, diganti dengan tekanan bahan sintetis sehingga kearifan lokal dalam bertani hilang.

Tekanan budaya berdampak pada tekanan global atau pasar bebas merupakan sistem perdagangan serta produksi secara bebas. Yang terjadi kompetisi kualitas maupun kuantitas tidak bisa diimbangi oleh negara berkembang yang tidak mau meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, akhirnya terjadi kekalahan, karena pasar bebas dasarnya adalah profit oriented.

“Kenapa itu terjadi, karena adanya tekanan yang keenam kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada petani. Ada harga tinggi, dilakukan operasi pasar untuk penurunan atau stabilisasi harga, supaya konsumen bisa membeli. Sebenarnya bila terjadi kenaikan harga, belum tentu petani ikut mendapatkan dari kenaikan harga, karena yang membuat kenaikan harga itu bukan petani, akan tetapi tengkulak. Celakanya, ketika ada kenaikan harga tinggi ada operasi pasar, namun disaat harga rendah tidak ada operasi pasar untuk menaikkan, karena harga yang menentukan bukan pemerintah,” tandas PO Suprapto.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *