Blitar, HarianForum.com- Membutuhkan proses waktu panjang untuk bisa mewujudkan keinginan agar kawasan tempat tinggalnya menjadi destinasi yang menarik. Pertanian tanpa menyertakan pupuk dan pestisida berbahan kimia serta mengolah lahan sempit di sekitar rumah untuk menjadi menjadi kawasan pertanian yang asri, mulai dirasakan Kamsir dan Suwarlin warga RT 2 RW 3 lingkungan Klampok, Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar.
Suwarlin menceriterakan bahwa mengawali budidaya tanaman sayur sayuran organik, dilakukan secara swadaya. Seiring dengan berjalannya waktu, dan berkat keuletannya dalam pengembangan budidaya tanaman cabe, kobis, sawi, kangkung, terong, labu serta bayam, mampu meningkatkan ekonomi keluarga. Sehingga pada tahun 2020, sebanyak 30 kepala keluarga telah ikut bergabung dan mengikuti jejak Kamsir serta Suwarlin untuk mengembangkan kampung sayur organik.
Kepada HarianForum.com, Suwarlin mengungkapkan bahwa dahulu warga di sekitarnya harus membeli sayur mayur ke “bakul etek” untuk memenuhi urusan dapur pada setiap harinya, namun saat ini berbeda. Justru kampung sayur organik secara terus harus menyediakan dan menyuplai sayuran hasil pertanian pekarangan untuk pedagang sayur keliling.
“Manfaat dengan adanya kegiatan di kampung sayur, sekarang bisa dirasakan oleh warga terutama saat pandemi covid seperti sekarang ini. Dulu kami membeli sayuran di pedagang sayur keliling, tetapi sekarang berganti. Para pedagang sayur keliling yang datang kesini mencari sayur untuk dijual,” ungkap ketua penggerak Kampung Sayur Organik Pandanarum.
Membudidayakan tanaman dengan menggunakan metode pertanian organik, merupakan komitmen Kamsir untuk bisa terus menjaga kelestarian lingkungan terutama pada tanah. Kamsir menjelaskan, dengan menanam berbagai tanaman di lahan dengan menggunakan kompos, menurutnya membuat tanah subur, sehingga dapat digunakan kembali pada musim berikutnya.
“Kami dari awal untuk tanaman memang bertekad menjauhkan dari pupuk yang berbahan kimia. Sedangkan pupuk yang kita gunakan bahanya dari kotoran kambing dan kami membuatnya sendiri. Alasan kami dalam budidaya tanaman sayur menggunakan pupuk organik, supaya tanah bisa kembali subur dan tanaman yang diberi pupuk organik, kualitasnya akan lebih baik. Selain itu tanaman tidak mudah terserang penyakit dan terlihat sehat,” jelasnya.
Kamsir dan Suwarlin sampai saat ini terus mengembangkan kampung sayur organik. Hasil budidaya tanamannya tidak hanya menyuplai untuk pedagang sayur keliling, namun juga memenuhi pesanan bibit tanaman semua jenis cabe, timun dan terong.
“Ada 30 kepala keluarga mengikuti jejak kami untuk mengembangkan kampung sayur, maka kami bagikan polybag, media tanam berupa tanah serta pupuk. Kami sangat mengharapkan kepada pemerintah untuk mendukung kampung sayur organik. Selama ini kita semua menggunakan alat manual. Seandainya pemerintah menyumbang alat alat pertanian, kami tidak menolak,” pungkasnya.(Ans)