Blitar, HarianForum.com- Sejak dilaksanakan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat, warung nasi pecel yang dikelola Endang Luriwati mengalami penurunan pendapatan secara drastis, 50 sampai 60 persen. Dituturkan Luriwati, penurunan omzet diakui tidak hanya terbentur adanya aturan bagi warung makanan yang hanya dibawa pulang atau dibungkus yang kerap dikenal dengan take away, atau jam pemberlakuan operasional untuk berjualan dibatasi hingga pukul 20.00 WIB. Namun berkurangnya pelanggan atau konsumen yang biasa dine in atau makan ditempat, juga dipengaruhi dengan daya beli masyarakat yang menurun.
“Penurunan pendapatan, yang pasti karena para pembeli jauh telah berkurang. Ada beberapa pelanggan hanya membeli nasi saja untuk dibawa pulang, sebelumnya makan di sini.Bahkan pernah beberapa hari tidak ada pembeli satupun, mungkin karena daya beli konsumen memang sedang melemah seperti kondisi ekonomi pada saat ini,” tuturnya.
Terpuruknya ekonomi yang dirasakan, memaksa dirinya jatuh bangun untuk mempertahankan usahanya. Namun Luriwati tidak sedikitpun merasa patah arang. Justru situasi tersebut dimanfaatkan untuk merubah strategi dalam mengembangkan usaha. Selain menu nasi pecel dan soto ayam bening tetap dipertahankan, Luriwati berencana menambah beberapa menu masakan rumahan, termasuk sayur lodeh.
“Menu nasi pecel dan soto ayam tetap ada, bahkan khusus untuk hari Jum’at, sego pecel cukup dengan harga 3 ribu rupiah, beda 2 ribu dengan hari lainnya, satu pincuk nasi pecel 5 ribu. Untuk menu, kami akan menambah dengan sayur lodeh dan nantinya akan menyediakan nasi tiwul juga nasi jagung atau ampok. Sedangkang untuk menu lodho ayam atau rica rica, jika ada pesanan. Konsep warung ini, dengan harga murah tapi rasa tidak murahan, atau setidaknya harga bisa terjangkau untuk semua kalangan masyarakat dengan tidak meninggalkan kualitas rasa,” ujar Endang Luriwati.
Lokasi tempat usaha yang cukup strategis di jalan Kenari, kelurahan Plosokerep, Kota Blitar, tepatnya 50 meter ke arah selatan dari perempatan, Luriwati juga menyiapkan outlet yang rencananya tidak hanya sebagai tempat untuk menjualkan produk jajanan dalam kemasan, namun juga hasil industri kerajinan lokal. Ruangan beserta etalase yang disiapkannya, diharapkan bisa menampung dan menjadi tempat pemasaran maupun penjualan hasil produk produk industri kecil menengah yang ada di Blitar.
“Sengaja membuat outlet dengan keinginan untuk menampung produk industri kecil menengah yang ada di Blitar baik produk industri jajanan maupun kerajinan dari kota maupun kabupaten. Sistem penjualan nantinya menggunakan offline, sehingga para konsumen bisa langsung melihat produk yang ditawarkan, tetapi nantinya juga dengan sistem online. Monggo yang mempunyai produk produk industri lokal, bisa menitipkan di tempat kami,” pungkasnya kepada HarianForum.com.(Ans)