Tuban, HarianForum.com – Janda berusia 71 tahun dengan perawakan kurus itu masih terlihat trengginas saat melayani pembeli di rumah mungilnya yang disebut warung kopi. Saat mampir dikediamannya, ada hal unik yang kami jumpai. Penyajian kopi yang begitu bersahaja seakan menjadi ciri khasnya.
Mbah Nasri memang tak terlibat dalam perlombaan varian kopi dengan rangkaian pendukung Wifi, tak mengenal internet, serta tata lampu yang gemerlap dan desain interior jaman now. Semua terlihat apa adanya, natural dan adem. Meskipun demikian, warung kecilnya yang buka malam hari itu tak pernah sepi dari pengunjung setianya.
Sriwidodo, salah seorang pelanggan kopi Mbah Nasri menuturkan, “Disini kami temukan kedamaian, tanpa musik, tanpa gemerlap lampu dan berpacu dengan kecepatan wifi. Meski hanya dengan kopi kendel, cukuplah.” Ujar pria yang merupakan pengusaha batik itu.
Setali tiga uang, seperti halnya yang diungkapkan Subroto, seorang guru TPQ, “Ya, tiap malam disini. Kalau tidak kita-kita mau siapa lagi yang menyambangi. Tidak hanya jual dan beli, tapi lebih utama ketemu teman-teman ngobrol setalah penat seharian kerja. Ya ngopi ya ngopeni, itu misi kita.” Paparnya.
Tak banyak yang berubah dari Mbah Nasri, nenek beralamat di Desa Temayang Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban ini tetap menjaga nilai luhur erikehidupan dan kultur kekunoan.
Ditengah pertarungan gander dan era emansipasi wanita saat ini, Nasri tetaplah menjadi kartini yang tangguh diantara gempuran teknologi dan jaringan 4G. Selamat hari Kartini, “Habis Gelap Terbitlah terang”. (Tbn-01/Frm)