Ubi Jalar Solusi Keberdayaan Pangan, Ditengah Melambungnya Harga Beras.
Blitar, Harian Forum.com – Harga beras terus merangkak naik, bahkan kenaikan bahan pangan nasi sudah bisa dianggap membumbung dalam waktu kisaran hampir dua bulan belakangan, baik beras medium maupun premium.Terus melajunya kenaikan harga beras, dikhawatirkan menciptakan potensi kenaikan harga – harga yang lain, dan kecenderungannya akan menimbulkan merosotnya daya beli sehingga memicu turunnya kesejahteraan terutama bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah dengan semakin kesulitan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak.
Padi merupakan bahan baku beras yang diolah menjadi nasi, merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia, sehingga nasi menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi.
Merujuk dari kondisi akan kebutuhan yang harus tersedia, menjadikan sebagian besar petani di negara dikenal dengan negara agraris, harus menanam padi meskipun untuk memenuhi warganya, pemerintah mengimpor beras dari negara lain.
Hakikatnya di sektor pertanian pangan, produksi padi yang selanjutnya diproses menjadi beras tidak harus selalu dilakukan, akan tetapi di lahan pertanian sangat memungkinkan mengolah tanaman pertanian secara optimal yang menghasilkan sumber bahan pangan dari tanaman jagung, ubi jalar, ketela pohon serta produk pertanian pangan lainnya.Namun kenyataannya, masyarakat telah terbiasa nasi menjadi sumber karbohidrat.Selain itu tidak sedikit masyarakat mempunyai pandangan, terpenuhinya kebutuhan fisiologi dengan bahan makanan pokok selain nasi, rentan diasumsikan dengan persoalan daya ekonomi, atau sisi sosial masyarakat, bahwasanya beras menjadi ilustrasi dengan tingkat keberhasilan secara ekonomi.
Merasakan kondisi yang ada, melontarkan kepercayaan akan keanekaragaman pangan atau usaha untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi makanan pokok secara variatif dengan kandungan gizi yang seimbang tidak hanya tertuju pada satu jenis bahan makanan pokok, secepatnya perlu dilakukan.
Upaya merubah kebiasaan secara bertahap, mengganti makanan pokok bahan makanan beras dengan produk tanaman pertanian lokal, bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap beras, menjadi solusi berdayanya ketahanan pangan bagi Choirul Umam, salah satu petani kabupaten Blitar.
” saat ini pada umumnya disini petani tidak berani menanam padi, dikarenakan tersedianya air menjadi kebutuhan paling utama.Seandainya melakukan tanam padi di lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian, sebenarnya juga bisa dilakukan namun hasil produksi hanya untuk memenuhi sebatas kebutuhan dapur.Disini tanaman jagung 60 persen lebih dari keseluruhan lahan yang ada, dimana bibit padi siap tanam, tetapi akhirnya dirubah.Ya nanti kalau kalau berasnya kurang, setidaknya masih bisa makan nasi jagung ” jelas Choirul Umam.
Ubi jalar atau juga bisa disebut ketela rambat, merupakan sejenis tanaman pertanian dimana akarnya membentuk umbi dengan kandungan selain karbohidrat yang tinggi, ubi jalar juga mengandung mineral, antioksidan, serat serta vitamin, mulai dikembangkan.Tidak menanam padi pada saat ini dengan mengganti tanaman jagung, menurut petani yang berdomisili di desa Pojok, kecamatan Garum, kabupaten Blitar dilakukan dengan pertimbangan pola hujan belum merata sehingga berdampak terjadinya krisis air irigasi yang memiliki pengaruh penting terhadap budidaya tanaman padi.
Persoalan sulitnya air di lahan pertaniannya, menjadi dasar perhitungan resiko penurunan produksi tanaman padi atau bahkan bisa mengalami kegagalan panen.Inisiasi menjalankan sistem tumpang sari tanaman jagung dengan ubi jalar, dengan berbekal pemikiran untuk lebih mengoptimalkan lahan dengan kondisi adanya perubahan iklim yang terjadi saat ini, diharapkan nantinya sistem tanam tumpang sari bisa mengambil hasil atas produksi pada salah satu jenis tanaman apabila terjadi kegagalan panen, atau semua jenis tanaman bila mendapatkan keberhasilan.
” yang sudah kami lakukan di lahan adalah tumpang sari jagung dengan ubi jalar menggunakan sistem legowo.
Dengan pertimbangan ubi jalar juga membutuhkan sinar matahari yang cukup, dan pada sistem tumpang sari tanaman ubi jalar tertutup oleh tanaman jagung, maka kami menanam lima jenis ubi jalar.Dari semua jenis yang kami tanam, ada yang kecil memanjang dan ada yang besar.Dengan melihat hasilnya , yang paling baik hadilnya itu yang kami tanam” pungkas Choirul Umam kepada Harian Forum.com (18/2).
Bahan pangan beras yang semakin hari semakin dirasakan mahal, tidak menutup kemungkinan daya beli masyarakat juga semakin menurun, hingga dikhawatirkan menjadi pemicu persoalan yang krusial meluas di masyarakat.Pemerintah khususnya di daerah, dengan kebijakan yang dimilki dengan secepatnya lebih serius menyampaikan perlunya diversifikasi pangan sesuai kearifan lokal, serta melakukan peningkatan produksi pangan lokal dengan pendekatan teknologi.Bahan pangan tidak hanya padi, tetapi jagung serta umbi-umbian juga menjadi solusi yang mampu memenuhi kebutuhan pangan, sehingga pada kondisi saat ini tidak menimbulkan kesan bahwasanya diversifikasi pangan sebuah upaya pemaksaan atas konsumsi terhadap satu komoditi tertentu.Pemerintah di daerah juga harus bergerak lebih aktif mendorong masyarakat mengubah pemikiran serta kebiasaan mengkonsumsi makanan mengganti dengan bahan pangan lokal yang telah dihasilkan di sekitar, sehingga pemerintah daerah bisa menyusun alokasi anggaran ketahanan pangan yang berbasis kearifan lokal.(Ans).