Blitar,HarianForum.com – Seringnya gagal panen petani menjadi keprihatinan tersendiri bagi Choirul Anam kepala desa Gogodeso, Kec Kanigoro, karena itu pihaknya melalui Godes Klinik Tanaman, sebuah lembaga yang dibentuk untuk mengurusi segala macam tanaman pangan dan non pangan, berupaya mencari jalan keluar dengan menggandeng akademisi, “Fakultas Hama Penyakit Tanaman Universitas Brawijaya Malang menjadi mitra kami yang pas, kami sudah sering membuat agenda bersama beliaunya, Prof. Gathot Mujiono,” ujar Choirul yang juga pengurus Gerakan Petani Nusantara GPN.
“Kali ini agendanya dikemas dalam bentuk pelatihan singkat pembuatan Teh Kompos, untuk anggota Poktan Makmur Jaya Serut yang diketua H. Jemangin,” tambahnya.
Diceritakan Choirul, Kearifan Lokal memjadi fokus pergerakan petani inovasi yang tergabung dalam GPN Gerakan Petani Nusantara, kenapa harus kearifan lokal, karena memiliki jaminan keterlanjutannya.
Sebab itu dirinya mengajak kelompok tani untuk fokus perbaikan lahan pertanian berbasis kearifan lokal dengan menggunakan ilmu tehnologi dari F HPT Unibraw, acara pelatihan singkat ini dipandu oleh Drs. Very Abdul Kholiq, turut hadir Darwati PPL Kec. Kanigoro
Sebanyak 20 orang peserta mengikuti pelatihan dengan antusiasnya, tahapan demi tahapan diikuti dan dipraktekkan langsung, dengan pemahaman yang didapat dari pelatihan ini Choirul Anam yakin, mereka akan mengaplikasikan pada tanamanya masing-masing.
Karena cara pembuatanya tidak sulit, tingginya nilai efektifitas juga menjadi pertimbangan petani, “Petani inovasi itu kecenderungan berprilaku efesien, kalau ada yang murah, kenapa pilih yang mahal, jika hasilnyapun akan lebih memuaskan dan membawa nilai tambah, pasti menjadi pilihan mereka.” Ujar Pak Lurah ini
Diketahui Teh Kompos adalah pembuatan pupuk kompos cair dengan proses perendaman, dan aplikasinya disiramkan kepada tanaman, untuk mendapatkan keseimbangan nutrisi tanaman dalam tanah, sehingga tidak mudah terserang hama penyakit (nur)