Serba-serbi

Dua Talenta Seni, Lahir Dari Bangilan Dan Senori

707
×

Dua Talenta Seni, Lahir Dari Bangilan Dan Senori

Sebarkan artikel ini

Tuban, HarianForum.com- Sapuan kuas tinta dilembar kanvas sore itu membuatku terpesona, sketsa wajah dan goresan kaligrafi yang terbentuk dari tangan – tangan gesit remaja ini tampak begitu hidup dan original.

Siapa sangka, keduanya adalah pemuda yang berasal dari dua Kecamatan yang berbeda, adalah Nur Maulana Hidayat, pemuda kelahiran Desa Wanglo Kulon Kecamatan Senori 23 tahun silam yang lebih memfokuskan pada seni kaligrafi, dan sahabatnya Nanang amirudin.

Nanang amirudin lahir di desa Banjarworo kecamatan Bangilan 26 tahun lalu yang lebih piawai pada seni lukis dan skets wajah.
Keduanya adalah tim yang mencoba mengadu keberuntungan dengan menawarkan skilnya kepada pecinta kaligrafi dan seni lukis dibeberapa tempat di Tuban.

Saat ditemui HarianForum.com secara tidak sengaja ketika mereka mengerjakan pesanan di Desa Pule Kecamatan Tambakboyo kedua remaja ini dengan antusias menceritakan pahit getirnya menggeluti dunia seni selama ini, “Alhamdulillah, kami masih terus belajar dan bekerja, meskipun harus menawarkan jasa ini dari pintu kepintu,” ujar Nanang amirudin.

Lebih jauh keduanya membeberkan perjuanganya selama menggeluti profesi hingga ada dititik saat ini, “Kami masih belum siapa – siapa, meskipun demikian akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kolega dan sahabat yang memberikan kepercayaan kepada kami,” beber Nur Maulana Hidayat.

Kedua remaja ini juga mengisahkan sepenggal torehan prestasi yang pernah diraihnya pada sebuah kejuaraan melukis di Universitas PGRI Wiranegara pasuruan beberapa waktu silam “Nggih (iya.red) ada sedikit prestasi di ivent itu,dan sangat membantu untuk memacu semangat kami,” ujar keduanya.

Rentang pendidikan keduanya juga layak diacungi jempol, mereka berdua pernah digembleng dipondok pesantren Al Qusna Kecamatan Senori, “Alhamdulillah kami pernah belajar disana, disanalah awal semuanya,dan hingga saat ini rasa terimakasih kami kepada para pengasuh dan Mbah Kyai terus mengalir tak pernah putus,” ceritranya kompak.

Menilik dari karya – karya mereka berdua selama ini cukuplah dijadikan referensi kepada publik jika mereka sebenarnya bukanlah kaleng-kaleng dan pantas diperhitungkan, teruslah berkarya anak muda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *