Serba-serbi

Drs. KH Arif Fuady MM : Khitah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari Harus Terwujud

602
×

Drs. KH Arif Fuady MM : Khitah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari Harus Terwujud

Sebarkan artikel ini

Blitar, HarianForum.com- Dalam pandangannya, 100 tahun merupakan usia yang cukup untuk menempa kematangan bagi organisasi kemasyarakatan Islam Nahdlatul Ulama atau NU. Maka sangat bijaknya saat ini warga nahdliyin bukan waktunya lagi menyibukkan untuk urusan internal jamiyah atau organisasi karena dianggap telah paripurna. Namun jamaah Nahdlatul Ulama sudah saatnya berjibaku untuk mewujudkan gagasan pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari menjadi kenyataan.

Disampaikan intelektual Islam Drs, KH Arif Fuady, MM, khitah atau cita cita Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama ditengah tengah bercokolnya kaum kolonial Belanda, tepatnya pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan yanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, bahwasanya bangsa Indonesia harus bisa mandiri terbebas dari intervensi bangsa asing serta bisa membangun negara yang adil dan beradab.

Salah satu warga nahdliyin yang berdomisili di Desa Kuningan, Kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar ini mengungkapkan buah pemikirannya, mengawali abad kedua sudah semestinya digunakan sebagai momentum kebangkitan bagi Nahdlatul Ulama yang kedua dalam mengembangkan peran agama serta kemasyarakatan Indonesia. Dijelaskan KH Arif Fuady, Nahdlatul Ulama dilahirkan dengan orientasi untuk menjadikan pesantren sebagai pusat perlawanan terhadap kolonialisme, penjajahan serta penindasan.

“Pada saat itu banyak pergerakan pergerakan bereaksi terhadap aturan yang diterapkan oleh kolonialis pada bangsa Indonesia. Salah satunya penjajah Belanda dengan kebijakan yang diterapkan telah mengikis budaya bangsa kita , dengan kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh negara tersebut mulai meluas di masyarakat termasuk menerapkan sistem pendidikan model mereka, sehingga mengganggu pendidikan lokal yang sudah tertata, dan hal ini menjadi pemicu keprihatinan para ulama pondok pesantren,” ungkapnya (01/02).

Lebih lanjut, dirinya mengatakan, Selain itu Belanda dengan cengkraman kolonialisme dan imperialismenya di Indonesia yang tidak terlepas dari peran VOC pada kongsi dagang milik Belanda bertindak arogan dengan menjalankan monopoli perdagangan, dan juga tidak pernah menunjukkan sikap ketidak adilan pada sistem perkebunan maupun pertanian sehingga terus merugikan serta menindas bangsa Indonesia.

Sebenarnya masih banyak alasan yang memicu berdirinya NU, maka dengan momentum satu abad ini kita lebih aktif melakukan terobosan dengan semangat kreasi maupun inovasi di segala bidang untuk kemandirian serta kemajuan bangsa Indonesia, terutama warga nahdliyin akan tetapi tidak meninggalkan syariat Islam.

Usia Nahdlatul Ulama telah mencapai satu abad dan dibarengi bergesernya jaman dengan segala perubahan perubahan tehnologi yang berpotensi mempengaruhi pemikiran generasi pada saat ini maupun generasi kedepan.

Ditanya komitmen Nahdlatul Ulama dalam menjaga prinsip dalam berdirinya, KH Arif Fuady menandaskan agama merupakan pedoman dalam kehidupan masyarakat karena didalamnya terdapat aturan yang berperan besar pada kehidupan masyarakat dengan kandungan ajaran moralitas untuk membentuk akhlak yang baik.

Alumni pondok pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta ini, menjelaskan bahwa Nahdlatul Ulama menganut Aswaja An-Nahdliyah yaitu sebuah mindset atau pemikiran dengan mengambil jalan tengah diantara wahyu Allah yang diterima langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW yaitu Al Quran maupun Al Hadist Muhammad SAW merupakan dasar nash syariah.

Namun selain Al Qur’an dan Al Hadist, Nadhlatul Ulama juga menggunakan dasar pemikiran kesepakatan semua mujtahid untuk umat sepanjang masa hingga tibanya hari kiamat atau Ijma’, serta Qiyas dalam etimologi memiliki arti mengukur atau membandingkan sesuatu dengan yang semisalnya.

KH Arif Fuadi melanjutkan, bahwa sumber hukum Islam bagi warga Nahdlatul Ulama bukan hanya dari Al Qur’an dan As Sunnah, akan tetapi sumber hukum juga digali dengan menggunakan kemampuan pemikiran yang diperoleh dari para ulama dengan berdasarkan suatu keadaan atas kejadian yang nyata dan dialami serta didapat melalui proses penelitian.

Dalam penuturannya, KH Arif Fuady juga menyampaikan dalam persoalan aqidah Nahdlatul Ulama mengikuti pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy’ari, sedangkan fiqih lebih merujuk kepada Imam Syafi’i, dan ilmu tashawwuf mengikuti pemikiran Imam Ghazali.

“Bagi NU dan warga nahdliyin Kabupaten Blitar, kita mulai bersama sama berkomitmen memegang prinsip Rahmatan Lil Al Amin yang akan membawa manfaat kepada setiap orang, masyarakat serta bangsa Indonesia. Membangun kesejahteraan harus diimbangi rasa keadilan dengan harapan terbentuknya keseimbangan kehidupan duniawi dan ukhrowi bagi semua,” tandas Drs, KH Arif Fuady, MM kepada Harian Forum com.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *