Pertanian

Dirasa Merugikan Petani, Rencana Impor Beras Ditolak Pengurus DPP MSP Indonesia

211
×

Dirasa Merugikan Petani, Rencana Impor Beras Ditolak Pengurus DPP MSP Indonesia

Sebarkan artikel ini
Irsan Surya Imana, petani dan pengurus DPP Mari Sejahterakan Petani Indonesia.

Blitar, HarianForum.com- Mungkinkah rencana pemerintah tetap mendatangkan beras putih dari Thailand, meskipun mulai saran, kritikan, kecaman bahkan penolakan yang telah disuarakan mulai dari petani, akademisi, politisi dan dari berbagai kalangan lainnya tidak mengurungkan keinginan pembuat kebijakan dengan tetap dibukanya kran impor beras sebanyak 1 juta ton.

Seorang petani yang juga duduk sebagai pengurus pusat di organisasi petani nasional, Mari Sejahterakan Petani Indonesia atau MSP Indonesia, kepada HarianForum.com menyampaikan dengan tegas menolak kebijakan yang dianggap membuat kondisi petani semakin buram.

Anak ruh mbah Surono Danu seorang peneliti pangan sekaligus penemu bibit unggul MSP yang membuat panen padi berlimpah, mengungkapkan secara pribadi dirinya sebagai petani dan mewakili Dewan Pimpinan Pusat Mari Sejahterakan Petani Indonesia, mengaku heran terhadap pemegang dan pembuat kebijakan yang menurutnya dianggap orang yang pintar serta cerdas, namun tidak bisa mengeluarkan kebijakan yang bijak.

Dari salah satu media pemberitaan, Irsan Surya Imana menyampaikan bahwasanya direktur utama Perum Bulog Budi Waseso, bahwa kebutuhan untuk cadangan beras nasional sangat cukup, bahkan stok beras yang dimport pada tahun 2018 masih ada. Penyampaian Irsan, mungkin seperti yang dimaksud dengan tulisan yang dikutip dari Koran Jakarta (21/03), bahwa dirut Perum Bulog, menyebutkan total perkiraan gabah kering giling seluruh Indonesia pada Maret -April 2021 sebesar 17, 3 juta ton.

Sedangkan surplus produksi pada Januari – April 2021, diperkirakan enam juta ton setara beras. Dengan perkiraan produksi Februari 2021 sudah melebihi tingkat kebutuhan Gabah Kering Giling (GKG) bulanan maka dibutuhkan peningkatan penyerapan gabah dalam negeri sehingga harga gabah tingkat petani tidak anjlok.

“Kalau keputusan impor benar benar direalisasikan, secara otomatis petani akan sangat terpukul dengan rencana tersebut apalagi jumlahnya sampai 1 juta ton. Saat ini harga gabah terus menunjukkan penurunannya pada harga Rp 3.600,- sampai Rp 4000, – . Padahal 2 minggu yang lalu lalu harga gabah masih dikasaran harga Rp 4000,- sampau Rp 4400,- ” terang Irsan.

Warga kabupaten Situbondo Jawa Timur ini mengungkapkan dirinya sangat merasakan dampak dari kebijakan impor. Irsan dan petani pada saat ini menjual gabah selalu dalam kondisi terpaksa, walaupun keuntungan sangat sering tidak pernah berpihak pada dirinya, dan mungkin kondisi yang sama dirasakan oleh petani padi lainnya. Menurut Irsan ada yang aneh, beberapa kelompok yang selama ini menyematkan dengan label pembelaan pada petani ternyata hingga sampai saat ini masih bungkam atau tidak bersuara.

“Biaya produksi pada tanaman padi, itu tidak sedikit. Bahkan semua kebutuhan untuk produksi cenderung terus naik. Pengeluaran biaya produksi dengan harga gabah yang tidak seimbang, sangat memukul petani. Puncak panen tahun ini diperkirakan pada Maret sampai April mendatang, tetapi kenapa harus di saat masa panen raya dan stok beras nasional dalam kondisi aman tetapi harus dilakukan import,” ungkapnya dengan nada bertanya dengan memberi salam..Mari Sejahterakan Petani In..Do..Ne..Sia..!!! (Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *