Blitar, Harian Forum.com- “Pertakina merupakan bentuk solidaritas dari beberapa mantan pekerja migran Indonesia yang peduli terhadap sesama pekerja migran lainnya dengan permasalahan yang dihadapi, setelah tidak lagi bekerja di luar negeri. Dan pada saat ini teman teman pekerja migran yang telah memutuskan untuk tidak lagi bekerja di luar negeri namun ingin tetap berdaya secara ekonomi, dibutuhkan pengorganisasian dengan dukungan berbagai macam informasi serta pembekalan tentang usaha yang produktif, yang bisa menjadi penguat ekonomi dan menciptakan ketenagakerjaan,” terang Sucipto penggagas Perkumpulan Tenaga Kerja Indonesia Purna dan Keluarga atau Pertakina.
Penggagas NGO Pertakina yang dirintis pada tahun 2010 ini juga menjelaskan bahwa dengan keterbatasan patner komunikasi dan sumber informasi jaringan usaha, pekerja migran yang telah meninggalkan pekerjaan di luar negeri, merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam mengembangkan usaha. Sehingga perihal tersebut membuat para mantan pekerja migran sulit untuk memulai sebuah usaha.
“Pertakina sekarang lebih terfokus pada pemberdayaan sumber daya manusia sebagai upaya peningkatan baik ketahanan ekonomi maupun sosial. Dengan melihat perkembangan yang ada, semakin hari nampak terjadinya peningkatan kualitas profesional. Pertakina terus menerus mendorong dan memberi dukungan kepada para mantan pekerja migran untuk memulai dan mengembangkan usaha baik dengan mengadakan pelatihan untuk produksi, pemanfaatan sumber daya alam, pembuatan kemasan, terapan tehnologi, sampai pada pemasaran,” terangnya ditemui HarianForum.com di sekretariat yang beralamat di desa Dayu kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar.
Tetap konsisten sebagai NGO, anggota yang tergabung di Pertakina kabupaten Blitar diperkirakan kurang lebih 2.000. Menurut Robangi AJ, salah satu penggiat Pertakina menyampaikan bahwa dalam melakukan pemberdayaan tidak semata mata untuk menjadi lembaga profit oriented saja, namun juga sebagai social oriented, yang dapat berkontribusi kepada masyarakat dan mempunyai nilai kemanfaatan.
Ditambahkan Robangi, ketahanan ekonomi yang dibangun Pertakina sudah teruji. Pada masa masa sulit dampak dari pandemi virus corona yang telah melumpuhkan ekonomi masyarakat akibat pembatasan aktivitas, Robangi mengaku pelaku usaha yang tergabung di lembanganya tetap eksis baik di usaha pertanian, peternakan maupun industri. Diungkapkan bahwa Pertakina saat ini masih menyimpan 100 ton jagung yang siap untuk dipasarkan, dan di saat masa pandemi covid – 19, Pertakina masih mampu mengekspor 5 ton sambel pecel di beberapa negara kawasan Asia.
“Untuk industri lainnya seperti kripik jamur, dan produk makanan lainnya sudah berjalan lagi dan dipersiapkan kembali untuk komoditas ekspor. Selain makanan, Pertakina saat ini juga mulai memproduksi dan mengembangkan industri non makanan seperti kerajinan kain tenun, kain ecoprint, kerajinan tas, dan beberapa produk lainnya. Selain itu usaha perdagangan online maupun offline juga mulai berjalan normal,” tuturnya.
Disinggung adanya rintisan untuk usaha jasa pengiriman barang oleh Pertakina, Robangi tidak menampik dengan informasi tersebut
“Kami memang mempunyai terobosan usaha dengan membuka jasa pengiriman Migrant Express. Inisiatif merintis usaha tersebut dengan melihat banyaknya teman teman pekerja migran Indonesia yang telah menggunakan jasa pengiriman barang keluar masuk luar negeri, maka kami memanfaatkan potensi tersebut dengan membuka usaha jasa pengiriman ke Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Jepang, dan Eropa. Dalam pemikiran, untuk profit yang kami dapatkan, nantinya sebagian bisa digunakan untuk pengembangan kegiatan teman teman lainnya,” pungkas Robangi.(Ans)