Tuban, HarianForum.com – Karena ulah oknum orang tua siswa, dunia pendidikan Tuban kembali tercoreng. Pasalnya, salah satu orang tua siswa berinisial GPL diduga telah memalsukan piagam olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) kabupaten untuk penunjang poin mendaftar di SMPN 1 Tuban.
Yang lebih membuat geram, orang tua GPL tersebut diindikasi memalsukan dua piagam sekaligus. Yakni, piagam juara dua kejuaraan lompat jauh putri dan juara tiga lari 200 meter putri. Dalam dua piagam tersebut disebutkan event tersebut berakhir Mei 2017.
Meski tanpa sertifikat atau piagam prestasi, sebenarnya GPL berpeluang besar masuk SMPN 1 Tuban meski tanpa sertifikat atau piagam prestasi. Berdasarkan data di website online PPDB, Nilai Ujian Sekolah (NUS) yang didapat siswi salah satu SDN di Kelurahan Sendangharjo, Kecamatan Tuban tersebut 276 dengan nilai rata-rata nilai 92. Dengan NUS yang cukup tinggi tersebut, dia masih bisa menduduki peringkat 13-15 jika mengacu data terakhir pendaftaran Rabu (28/6/18) sore.
Karena NUS-nya cukup tinggi, begitu dimasukkan data prestasi yang belakangan diketahui palsu tersebut, GPL langsung terkatrol di daftar peringkat papan atas. Tentu, hal itu mencederai para atlet berprestasi yang benar-benar mempunyai piagam kompetisi, namun dinyatakan gugur karena poin yang kurang.
Terkait hal tersebut, Wakil Ketua Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Tuban Hari Winarko menyayangkan kecurangan tersebut dan menjadikan anak didiknya tergeser dari SMPN 1 Tuban.
Dirinya langsung mendorong para orang tua siswa yang dirugikan untuk menindaklanjuti ke ranah hukum. “Ini mencederai atlet yang benar-benar berprestasi. Harus diusut tuntas agar terbongkar pelaku lainnya.” Ungkapnya geram.
Hari Winarko juga mengaku kecewa karena beberapa kali atlet binaannya yang melenggang hingga nasional gagal masuk sekolah favorit karena sertifikatnya tidak diakui.
Dirinya juga menegaskan, jika PPDB diputuskan hanya mengakui sertifikat piagam berjenjang dari instansi pemerintahan saja, seharusnya juga ada filter agar panitia tidak mudah kecolongan. Sebab, kasus piagam palsu tersebut benar-benar merugikan atlet yang berprestasi non-akademik. Dia juga berharap kesalahan tersebut tidak dibiarkan dan berlarut-larut dan membuat down mental atlet. (Jw/Ps/Frm)