Blitar, HarianForum.com- Masa kampanye pemilihan umum kepala daerah tahun 2020 yang dilaksanakan secara serentak, tinggal menunggu hitungan jam. Sesuai dengan tahapan, setelah pengundian nomor untuk pasangan calon bupati dan wakil bupati Blitar Tahun 2020, komisi pemilihan umum kabupaten Blitar, menjadwalkan pelaksanaan kampanye yang dimulai pada tanggal 26 September 2020 sampai dengan 5 Desember 2020.Pelaksanaan jadwal kampanye tidak berbeda dengan pelaksanaan kampanye di daerah lainnya, yang akan menggelar pemilihan umum kepala daerah pada tanggal 9 Desember 2020.
Namun pada saat perhelatan pengundian nomor bagi pasangan calon kepala daerah kabupaten Blitar yang dilaksanakan oleh komisi pemilihan umum kabupaten Blitar (24/09) tidak menarik bagi kedua penggiat sosial kabupaten Blitar. Justru kedua aktivis dari Paguyuban Petani Aryo Blitar, Jaka Wandira dengan Mujianto, aktivis BIC Institut terlihat sibuk saling menyampaikan argumentasi di sebuah warung kopi yang terletak di kelurahan Sananwetan, kota Blitar tentang penilaian keberhasilan maupun kegagalan pembuat kebijakan di daerah, dalam melaksanakan program pertanian di kabupaten Blitar.
Jaka Wandira, penggiat yang juga aktif di Solidaritas Masyarakat Desa atau Sitas Desa, mengaku meskipun lembaganya bersikap independen atau mengambil sikap tidak memihak kepada salah satu pasangan calon dalam pilkada, namun dirinya mengapresiasi keberhasilan kepemimpinan Drs H. Rijanto MM dengan wakilnya Marhenis Urip Widodo, S.Sos dalam membangun kualitas dan kuantitas bidang pertanian di kabupaten Blitar.
“Keberhasilan pemerintah daerah yang ada, salah satunya mendongkrak produk pertanian kopi Blitar baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Pemerintah daerah telah melakukan berbagai terobosan, dan mendorong semua pelaku usaha untuk mengembangkan industri pengolahan kopi, hingga bisa menembus pasar dunia. Dengan keberhasilan kopi Blitar masuk di pasar ekspor luar negeri, secara otomatis terdongkraknya penghasilan bagi para petani kopi. Kemudian tembakau berkali kali melakukan panen raya di kabupaten Blitar, yang bisa meningkatkan berdayanya ekonomi petani dan masyarakat pelaku usaha yang berkaitan dengan tembakau. Sedangkan yang tidak perlu disanggah, bahwa di bidang pertanian khususnya tanaman padi, untuk ketahanan pangan tetap stabil dan tidak ada masalah. Maka saya pribadi, untuk selanjutnya yang paling ideal pak Riyanto dan pak Marhenis tetap melanjutkan kepemimpinannya di kabupaten Blitar agar pertanian lebih maju,” tegas mantan ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau GMNI Blitar tahun 2008.
Namun pendapat yang disampaikan Jaka Wandira, tidak serta merta diterima Mujianto. Bahkan inisiator Agropolitan ini, melontarkan pendapat terhadap pembuat kebijakan di daerah terutama bidang pertanian di kabupaten Blitar. Dalam prespektifnya, mantan sekretaris Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama atau IPNU kabupaten Blitar menyinggung tentang keluhan petani tentang tidak adanya standarisasi nilai jual hasil produk pertanian.
“Sampai sekarang di kabupaten Blitar belum ada laboratorium pertanian terpadu, karena dengan adanya laboratorium pertanian, salah satu fungsinya, petani bisa mengetahui berapa kadar residu pestisida hasil pertanian yang dibudidayakan. Padahal saat ini hasil pertanian yang diinginkan oleh pasar secara global, adalah hasil pertanian yang mengunakan perlakuan organik atau setidaknya hasil pertanian yang sehat. Kami dari NGO banyak menerima keluhan dari petani dan salah satunya, petani yang telah membudidayakan tanaman untuk kebutuhan sehari hari dengan perlakuan tanaman sehat, namun hasil produknya tidak mempunyai standar untuk menentukan nilai harga jual karena tidak adanya standarisasi hasil produknya,” ujarnya.
“Respon pembuat kebijakan di daerah, masih belum menunjukkan sikap maksimal dan keberpihakan penuh bagi petani yang memperlakuan pertanian dengan sistem prosedur organik, maupun prosedur untuk tanaman sehat. Maka kami yakin nantinya mak Rini dan makde Rahmad dipercaya oleh masyarakat kabupaten Blitar untuk memimpin, program pertanian tanaman organik maupun tanaman sehat, menjadi salah satu kebijakan yang prioritas, selain itu membangun pasar agro di kabupaten Blitar untuk menampung hasil pertanian bakal terealisasi,” pungkas Mujianto.
Jaka Wandira maupun Mujianto meskipun saling mempertahankan argumen dan menyampaikan pendapatnya tentang kelebihan maupun kekurangan kebijakan di daerah, namun keduanya tetap menjaga etika dalam perdebatan. Yang pasti para aktivis tersebut sama sama mengharapkan siapapun pemenangnya dalam pemilihan kepala daerah nanti, akan memprioritaskan bidang pertanian di kabupaten Blitar.(Ans)