Pertanian

Dampak Pandemi Covid-19, Mulai Mengusik Petani Sayuran

218
×

Dampak Pandemi Covid-19, Mulai Mengusik Petani Sayuran

Sebarkan artikel ini

Blitar, Harian Forum.com- Choirul Umam salah seorang petani sayur di Blitar mengakui bahwasanya seminggu sebelumnya harga jual komoditas sayur mayur benar benar terpuruk. Kondisi terpuruknya harga sayur mayur, menurut petani yang berdomilisi di desa Pojok, kecamatan Garum, kabupaten Blitar, merupakan salah satu dampak dari adanya pandemi Covid-19 yang menumbuhkan sebagian warga menanam sayuran sendiri.

Salah satu penyebab jatuhnya harga sayur sayuran bayam, kangkung, tomat, kobis, kacang panjang, terong dan tanaman sayur lainnya disampaikan Umam, tumbuhnya kreativitas sebagian masyarakat selama pandemi covid – 19. “Adanya pandemi corona, memicu masyarakat bertani sayuran di lahan sekitar rumah pada saat diberlakukan protokol kesehatan physical distancing. Menanam sayur sayuran di sekitar rumah atau di lahan pekarangan merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat. Dengan menanam sendiri sayuran, ya pastinya masyarakat tidak perlu lagi membeli beberapa jenis sayuran untuk kebutuhan sehari hari. Sedangkan untuk petani, mau tidak mau tetap menanam, karena menanam memang sebuah pekerjaan yang harus dilakukan. Memang harus dipahami dan dimaklumi, dengan kondisi sekarang, kalau harga sayur terjun bebas. Mungkin juga kalau saat ini harga sayur mulai naik, saya belum memperoleh informasi yang pasti dari teman teman,” terang penggiat pembenih tanaman yang tergabung pada Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia pada AB2TI ditemui Harian Forum.com (10/09) di lahan pembibitan di desa Pojok kecamatan Garum.

Choirul Umam juga menyampaikan faktor jatuhnya harga komoditas sayur, selain banyaknya sebagian masyarakat bisa menanam sayur sayuran sendiri. Kebijakan protokol kesehatan dengan pemberlakuan physical distancing sangat mempengaruhi daya beli.

“Yang sangat mempengaruhi faktor jatuhnya harga sayur mayur di pasar salah satunya melemahnya daya beli karena minimnya kegiatan masyarakat untuk berkumpul, seperti pesta hajatan, atau acara lain lainya, terutama tradisi selamatan yang sekarang kegiatan kegiatan tersebut sangat terbatas. Jadi permintaan kebutuhan masyarakat akan sayur sangat menurun, sedangkan hasil panen dari para petani melimpah,” pungkas Umam.

Ungkapan Choirul Umam tentang penyebab turunnya harga komoditas sayur sayuran tidak jauh berbeda yang diungkapkan oleh salah satu petani dari kabupaten Nganjuk, H. Ahmad Saikhu. Disampaikan ketua Forum Komunikasi Jawa Tinur P4S, bahwa harga jual sayur mayur di daerahnya saat ini terlihat mulai merangkak naik kecuali tomat yang sampai saat ini masih belum menunjukkan harga yang diharapkan oleh petani.

“Dua minggu yang lalu harga jual sayur mayur dari petani sangat rendah sekali, namun saat ini harga sayur mulai ada peningkatan, kecuali tomat yang belum menunjukkan harga yang signifikan. Ada beberapa penyebab jatuhnya harga sayur mayur selain terhambatnya dan kesulitan pasokan sayur dari Nganjuk ke pasar kota kota besar seperti Yogyakarta, Semarang dan Surabaya, kegiatan kegiatan masyarakat lokal pada moment tertentu sangat minim. Kita ambil contoh pada saat bulan Muharam atau bulan Suro tradisi tradisi selamatan yang biasanya diadakan, banyak yang tidak mengadakan. Begitu juga pada bulan Dzuhijah atau Besar, pada bulan tersebut masyarakat menggelar acara pesta pernikahan, hampir pada bulan tersebut tidak ada acara yang digelar. Dan belum sepenuhnya aktif pada kegiatan kegiatan di bidang pariwisita, berkaitan dengan kegiatan kuliner yang banyak membutuhkan sayur mayur,” ungkap H.Ahmad Saikhu dihubungi melalui telepon seluler.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *