Ekonomi

Cerita Perjuangan Pengusaha Manik Jombang Tembus Pasar Bali Hingga Manca Negara

303
×

Cerita Perjuangan Pengusaha Manik Jombang Tembus Pasar Bali Hingga Manca Negara

Sebarkan artikel ini
Nur Wakit

Jombang, HarianForum.com – Desa Plumbon Gambang Kecamatan Gudo dikenal sebagai pusat pembuatan manik-manik, tapi siapa sangka, dibalik ikon manik-manik ada cerita kenekatan seorang pengusaha bernama Nur Wakhid ketua APKJ Asosiasi Pengrajin Kabupaten Jombang.

“Saya memulai usaha manik-manik dengan modal 50 Ribu pada tahun 1990”, demikian dikatakan Nur Wakit, menurutnya, berawal dari rasa penasaran, mengapa banyak sekali bule (turis asing) yang suka manik-manik, apa istimewanya manik.

Tanda tanya besar terus muncul di benak Nur Wakit muda, hingga suatu hari dirinya nekat membeli minyak tahan dan bahan baku manik-manik untuk dijadikan asessoris berupa kalung, dan dinamai Beads Flower, “Pada waktu itu saya produksi sendiri dan saya pasarkan sendiri, dalam satu minggu kalung produksi perdana saya habis terjual, dan mendapatkan uang sebanyak 150 ribu”. Ujar bapak 4 putra ini.

Peristiwa itu membuat dia lebih bersemangat, dan dia nekat memproduksi kalung lagi sebanyak 40 biji kalung. Dengan tekat bulat mau dipasarkan di Denpasar Bali, berbekal uang saku 60 Ribu Nur Wakit nekat ke bali.

Dihari pertama dirinya menginjakkan kaki di Bali, dia telusuri Pantai Kute dengan jalan kaki sampai di Grobokan dan balik lagi ke Kute. Saat itu dia tidak menemukan toko sama sekali karena masih pagi buta dan belum ada toko yang buka.

Setelah kelelahan, Nur Wakit mencari penginapan untuk istirahat, setelah mandi, dia dikenalkan dengan seseorang yang hoby manik-manik, dia langsung membeli kalung 10 biji, belakangan diketahui lelaki tersebut bernama Veri, yang akhirnya dia memiliki Asop Veri manik di wilayah Kute.

Keesokan harinya Nur Wakhid dikenalkan dengan orang jakarta, banyak hal yang diperoleh Nur Wakit dari pertemuan tersebut, relasi toko-toko baru yang belum pernah dia kenal sebelumnya, saat itu 30 kalung terjual, dan sisa 10 buah dibawanya pulang. Ternyata Nur Wakit tidak hanya membawa kalung sisa daganganya, tetapi dia pulang dengan membawa order pesanan kalung dan asesoris lainya.

Usaha Nur Wakit tidak sia-sia, jerih payah yang dilakukan membuahkan hasil, mulai tahun 1993/94 pesanan dan kiriman ke pulau Dewata itu terus mengalir, dan bahkan pesanan merambah ke Propinsi lain, hingga pada akhirnya sampai ke Manca negara.

Selain Bali, asesoris Beads Floer juga menembus pasar NTT, kemudian menyusul, tembus pasar Irian, bahkan daerah pulau Sulawesi (Toraja), jakarta, dan bahkan tembus pasar dunia, antara lain Swedia, Perancis, Tailand dan Malaysia.

Walau bukan penggagas pertama di Desa Plumbon Gambang, tetapi Nur Wakit lah yang memulai membuka pasar manik di desa tersebut. Dan dia ajarkan mental mandiri kepada karyawanya, serta mendorong mereka untuk bisa memproduksi asesoris sendiri secara mandiri, dan apabila tidak mampu memasarkan maka Beads Flower siap menampung produksi mereka.

Dengan dukungan Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Pusat, saat ini tercatat di Desa Plumbon Gambang Kecamatan Gudo sebanyak 122 home industri dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1500 orang (snk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *