Serba-serbi

Bersama KPST, Pandur Tanam Ratusan Pohon Kawasan Sumber Air Dan Peninggalan Sejarah

357
×

Bersama KPST, Pandur Tanam Ratusan Pohon Kawasan Sumber Air Dan Peninggalan Sejarah

Sebarkan artikel ini
Saiful, penggiat Pandur bersama KPST menanam ratusan pohon.

Blitar, HarianForum.com- Berubahnya fungsi di kawasan hutan dengan adanya perluasan untuk menjadi lahan tanaman produksi, semakin hari semakin menunjukkan kegiatannya yang semakin agresif. Peningkatan berdayanya ekonomi, selalu menjadi alasan bagi pemilik hak pengelola atas lahan garapan di kawasan hutan, namun banyak yang mengesampingkan aspek konservasi tanah dan mempertahankan sumber air semakin tidak terkendali. Kondisi tersebut terlihat dengan terus menerusnya terjadi pembalakan pohon meskipun berada disekitar sumber air maupun di kemiringan tanah pada kawasan hutan pegunungan. Ancaman datangnya bencana kekeringan di musim kemarau dan banjir bandang serta tanah longsor pada musim penghujan dianggap angin lalu.

Kegiatan menanam pohon di kawasan hutan, karena para penggiat Pandur melihat minimnya empati sosial terhadap kondisi lingkungan alam. Koordinator komunitas Pandanarum Tandur atau Pandur, Ragil Setyo Budi Santoso mengaku pada Minggu (06/02), bersama penggiat lingkungan penggiat Komunitas Peduli Sungai Trenggalek melakukan gerakan penanaman pohon 100 pohon Kluwak, 50 pohon Trembesi, 30 pohon Jambu air, 30 pohon Jambu biji dan 150 tanaman Arbei secara swadaya atau tanpa bantuan dari badan usaha maupun institusi pemerintah, diarea situs Joko Tarub yang diperhitungkan mampu menjaga tanah dan menyimpan resapan air di sekitar lokasi peninggalan sejarah.

Budi menambahkan, bahwa gerakan menanam kembali pohon pohon besar yang dilakukan bersama Komunitas Peduli Sungai Trenggalek merupakan upaya untuk menjadikan area hutan yang berada di area Pandanarum menjadi hutan yang diharapkan selain berfungsi bisa mengendalikan erosi juga mampu menjaga tata kelola air.

“Memang hari ini Pandur bersama kawan kawan komunitas peduli sungai Trenggalek, menanam beberapa jenis pohon dengan harapan bisa berfungsi untuk penguat tanah dan penyimpan air di sekitar situs Joko Tarub. Selain itu kami melihat kondisi sumber air yang memprihatinkan, dimana sumber mata air tidak ada pohon besar lagi, tetapi hanya tanaman produksi yang tidak bisa menyimpan resapan air dan menguatkan tanah.cKegiatan yang dilakukan kawan kawan hari ini hanya mengatisipasi agar tidak terjadi bencana banjir pada waktu musim hujan dan bencana kekeringan pada waktu musim kemarau,” ujar Budi kepada HarianForum.com.

Disinggung keterlibatan masyarakat ikut mendukung melestarikan lingkungan alam hutan, Budi menuturkan hingga sampai saat ini pelestarian lingkungan tetap dilakukan oleh penggiat Pandur terutama di area situs Joko Tarub dan beberapa sumber mata air yang berada disekitar peninggalan Raja Hayam Wuruk.

“Kami dan dan teman teman di Pandur sangat paham pentingnya keberadaan tegakan pohon hutan di daerah tangkapan air atau sumber air. Dengan terus menanam pohon, tujuan kami hanya mengembalikan fungsi hutan sebagai penampung habitat hewan, pelestari tanah dan fungsi fungsi lainnya terutama di peninggalan sejarah dan kawasan yang terdapat mata air atau sumber air. Dan yang pasti kawan kawan Pandur terus mendorong kepedulian masyarakat mempertahankan sumberdaya alam termasuk air untuk menciptakan keseimbangan ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan makhluk hidup,” tandasnya.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *