Blitar, HarianForum.com – Tindakan yang tidak boleh ditinggalkan pada saat ini adalah terus menjaga keseimbangan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Tindakan tersebut terutama pada komoditas tanaman pangan dan kelompok tanaman lain penghasil bahan baku produk pangan, pada saat ini sebagian besar mengalami gagal tanam dampak adanya perubahan iklim serta cuaca yang tidak menentu.Selain gagal tanam, perubahan iklim dan perubahan cuaca juga memicu ancaman terjadinya ledakan hama serta penyakit yang menyerang tanaman, salah satu penyebab terjadinya kegagalan panen.
Choirul Umam petani Mari Sejahterakan Petani Indonesia atau MSP Indonesia Blitar yang memiliki serta mengolah lahan pertanian di desa Pojok, kecamatan Garum kabupaten Blitar, juga mengungkapkan bahwa cuaca pada saat ini sangat sulit diprediksi.
Kondisi yang terjadi seringkali mengalami perubahan dalam waktu yang sangat cepat, terlebih lagi pada saat ini faktor faktor yang bisa mempengaruhi perubahan cuaca juga tidak sedikit.Bahkan menurut Umam, tingkat keakurasian perkiraan cuaca dari salah satu institusi yang berkaitan dengan cuaca dianggap sering kali tidak tepat.
Adanya perubahan iklim sangat berpotensi dengan kemunculan ras, strain, dan biotipe baru dari organisme pengganggu tumbuhan atau biasa disebut OPT. Dan ancaman kemunculan organisme pengganggu tumbuhan harus benar benar disikapi dengan serius baik oleh petani maupun pemerintah.” saat ini merupakan situasi yang harus perlu dilakukan tindakan antisipasi, karena semua merasakan atau mengetahui bagaimana cuaca tidak bisa diprediksi lagi.
Petani bingung dengan perubahan yang cepat sehingga perencanaan untuk tanam ternyata tidak sesuai dengan kondisi alam yang terjadi.
Belum lagi ancaman ledakan organisme pengganggu tumbuhan yang menyerang pada tanaman. Seperti tanaman padi, dari pengalaman sebelumnya disaat adanya ledakan wereng sangat banyak korbannya, maka kemungkinan besar bila menanam padi lagi akan terjadi ledakan wereng kembali.Kami mengharapkan kepada teman teman petani untuk mengambil langkah antisipasi dengan mengkondisikan lahan. Begitu juga kepada pemerintah agar tanggap kondisi seperti ini dengan melakukan tindakan pencegahan, tidak hanya responsif saja.Berdasarkan pengalama, bahwa tindakan pencegahan lebih mampu dan berhasil meminimalisir, dari pada mengendalikan serangan. Kalau sudah kejadian yang rugi itu petani dan pastinya mempunyai dampak besar dengan persoalan pangan untuk masyarakat.” ungkapnya. Ditanya yang dimaksud dengan pemerintah, Choirul Umam mengatakan dalam hal ini adalah pemerintah daerah melalui dinas pertanian dan pangan Kabupaten Blitar (15/5).
Tidak berbeda, Irsan Surya Imana menghadapi kegagalan panen terutama pada tanaman pangan terhadap adanya perubahan cuaca maupun iklim, pengkodisian lahan tanam harus benar benar dilakukan. Petani yang tinggal dan mengolah lahan pertanian di kabupaten Situbondo menyampaikan kepada HarianForum.com, bahwa tindakan pencegahan kegagalan panen akibat ledakan hama dan penyakit sebenarnya tidak perlu dibuat sulit. Menurutnya, banyak yang lebih mudah dikerjakan dan petihal tersebut sudah menjadi pondasi dalam pertanian.
Menurut petani yang tetap konsisten menanam padi varietas MSP 13 menjelaskan dampak dari perubahan iklim maupun perubahan cuaca serta ekosistem, apabila pertanian dikerjakan tanpa melestarikan alam, menurut Irsan seperti menunggu bom waktu yang ujung ujungnya ledakannya akan menebarkan hama tanaman dan petani akan sulit mengendalikan maupun menyembuhkan tanaman di lahan pertanian.” untuk kebutuhan lahan pertanian harus sesering mungkin memberi makanan dari bahan bahan organik.Tidak perlu jauh jauh mencari bahan makan untuk lahan, minimal dengan limbah pertanian yang bisa didapatkan dari tanaman pasca panen.
Kalau mau menanam padi ya dipakai jeraminya padi, kalau mau menanam jagung ya batang maupun daunnya pohon jagung dikembalikan dilahan yang akan ditanam.Kemudian apabila di suatu daerah ada kandang ternak maka disitu pula ada pabrik pupuk organik.
Sebenarnya tidak ribet, tetapi kalau memakai sesuatu yang sifatnya langsung atau tanpa melalui proses lama atau yang biasa disebut instan dengan tuntutan memperoleh hasil yang besar, inilah yang ribet” ujar pengurus DPP Mari Sejahterakan Petani Indonesia atau MSP Indonesia.(Ans).