Blitar, HarianForum.com- Pantai selatan pulau jawa memang berpotensi dan berpeluang diguncang gempa besar, akan tetapi jika tersiar kabar bahwa nantinya gempa dengan bermagnitudo 8,8 mejadi sebuah tanda tanya dan masih perlu waktu untuk dipikirkan lagi. Namun ancaman tsunami di laut selatan pulau jawa yang dahsyat memang bisa saja terjadi sewaktu waktu dan tidak bisa di prediksi berapa kekuatannya.
”Lempeng tektonik merupakan segmen batuan besar yang bergerak satu dengan lainnnya ,dan benda tersebut membentuk litosfer yang merupakan kerak dan mantel bumi. Lempeng tektonik bisa juga terdiri dari kerak samudera dan benua yang terus menerus bergerak, dan dari gerakan lempeng tersebut juga bisa mengalami tumbukan atau thrust yaitu mekanisme bertemunya lempeng bumi sehingga menimbulkan getaran di bumi atau gempa yang dapat menyebabkan gelombang tinggi air laut, sedangkan terjadinya megathrust akibat dari lempengan dua benua yang bergerak kemudian bertemu. Dan megatrusht inilah yang menimbulkan kekuatan gempa sangat besar dan mampu mendorong gelombang yang besar pula, sampai melampaui pantai bahkan sampai jauh ke daratan, gelombang tersebut biasa disebut tsunami,” jelas MJ Juharlan, ahli geologi yang tinggal di Kanigoro, kabupaten Blitar.
Juharlan menyampaikan bahwa terjadinya gempa ada dua jenis yaitu gempa vulkanik adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan keluarnya magma dari dari perut bumi ke atas permukaan bumi, sedangkan gempa tektonik terjadi akibat dari gerakan lempeng bumi.Menurut ahli geologi angkatan 1974 Universitas Pajajaran Bandung ini, yang perlu diketahui bahwasanya pulau jawa mempunyai potensi mengalami banyak gempa. Karena dari teori tektonika lempeng, bahwa wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT berada pada posisi pertemuan atau mungkin juga terjadinya tumpang tindih lempeng Eurasia merupakan lempeng superbenua Eropa dan Asia dengan lempeng Australia
”Beri of Jhon adalah teori tektonika yaitu. bertemunya lempeng Eursia dengan lempeng Australia yang bergerak dan bertemu. Bahkan dalam teori tersebut kedua lempeng besar terjadi tumpang tindih, apabila pertumbukan atau trusht besar terjadi maka gempa dahsyat bisa dirasakan di wilayah daratan pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT tidak terkecuali pantai di laut selatan wilayah kabupaten Blitar,” ujar MJ Juharlan.
“Bila memang terjadi yang perlu diperhatikan adalah keselamatan manusia saat berada di pantai, pada waktu terjadinya gempa. Dan maraknya destinasi wisata pantai, tentunya akan menarik banyak orang untuk mengunjungi pantai. Maka melihat kondisi tersebut pihak pengelola wisata harus mempunyai ilmu pengetahuan tentang gempa. Dengan menguasai ilmu gempa pengelola wisata bisa mengetahui bahwa saat terjadi gempa berpotensi timbulnya tsunami atau tidak, sehingga bisa meminimalisir adanya korban,” Imbuhnya.
Gempa bisa terjadi sewaktu waktu dan tidak bisa diprediksi berapa kekuatan gempa, namun manusia diberi akal untuk berfikir bagaimana mengupayakan keselamatan diri sendiri dan untuk sesama. Membangun fasilitas di tempat wisata jangan hanya menarik pengunjung untuk peningkatan pendapatan saja, namun keselamatan juga menjadi sebuah prioritas.
Adanya Early Warning System merupakan sistem peringatan dini sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yaitu deteksi awal dan juga untuk pengambilan tindakan sewaktu terjadinya gempa baik dari pihak pengelola atau yang beraktifitas rutin di tempat tersebut dengan pengetahuan tentang gerakan kekuatan alam yang bisa menimbulkan kerugian terutama pada manusia.
Kemudian penyediaan tempat evakuasi yang memenuhi standart dalam upaya penyelamatan bila terjadinya bahaya, merupakan fasiilitas utama yang harus diutamakan dan ada.(Ans)