JOMBANG, HarianForum.com – Harapan warga Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedung Mulyo, Kabupaten Jombang, untuk menikmati hasil panen tanaman pangan dan palawija, tampak pupus. Betapa tidak, sekitar 3 hektar lahan sawah milik petani di desa setempat mengalami gagal panen, lantaran tergenang air.
Hal ini disebabkan kondisi lahan sawah lebih rendah dengan patusan akibat terkena gelontoran tanah urug tol yang melintas secara terus menerus. Sehingga air tidak bisa mengalir dan hanya menggenang di sawah. “Kita sudah mengalami gagal panen berkali-kali,” kata Wafir Wali, AMd SH kepada HarianForum.com, Kamis (22/6/2017).
Atas kondisi itu, Bayan Wafir –begitu pria lulusan Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang ini, sudah meminta pihak PT MHI di Tembelang, untuk memperbaiki saluran sawah tersebut bersama dengan petani lainnya. “Namun, hingga kini tidak ada tindakan apapun dari PT MHI,” sesal suami Yuli Kartika Ningsih ini.
Meski begitu, Wafir tak patah arang. Pria kelahiran 1948 silam ini tetap memberikan pembinaan kepada petani di desa tempat tinggalnya. Pasalnya, faktor berhasil dan tidaknya tanaman pangan dan palawija, juga bergantung pada tanaman tetangga.
“Memang begitu. Apabila tanaman kita baik, sementara tanaman milik tetangga terserang hama, maka tanaman kita akan juga dimakan hama,” ungkap pria satu putra ini.
Sembari melakukan pendampingan, dirinya tetap berharap baik pihak PT MHI maupun Pemkab Jombang, agar bisa memberikan solusi yang berpihak kepada petani. “Ya kita masih berharap ada pembenahan dari penyebab hal tersebut, hingga petani gagal panen,” harap penghobi tenis meja ini.
Pengalaman pahit dalam usaha pertanian yang digelutinya ini, tampaknya bukan kali pertama. Sebelumnya, dirinya harus merelakan budidaya itiknya selama beberapa periode itu gulung tikar, lantaran imbas dari mahalnya pakan ternak.
Pun demikian dengan usaha jasa penggilingan padi yang dirintisnya setelah itu. Pendapatan dari penggilingan padi bernama Rice Mailing Unit (RMU) itu kemudian surut, dengan maraknya penggilingan (selep) padi keliling yang juga beroperasi di desanya.
Beruntung, masih ada usaha yang hingga saat ini masih berjalan stabil, yakni produksi arang kayu mangga. “Meski produksinya tidak terlalu besar, usaha ini masih berjalan normal. Untuk sekali pembakaran, kapasitasnya masih mencapai 500 kilogram atau setengah ton, dengan pangsa pasar daerah Jogjakarta untuk arang ukuran besar, sedangkan arang yang ukuran kecil dipasarkan di lokal saja yakni Brodot Pandean, karena disana adalah sentra pengrajin pande” pungkas pria lulusan Fakultas Hukum ini. (snk)