Blitar, Harian Forum.com – Menariknya pada pemilihan Kepala Daerah Kota Blitar 2024, Bakal Calon Walikota Blitar Bambang Riyanto berpasangan Bayu Kuncoro yang bakal berkompetisi dalam pesta demokrasi tingkat daerah dengan Syauqul Muhibbin berpasangan Elim Tyu Samba, bahwasanya kedua pasangan bakal calon bukan petahana atau incumben. Namun secara personal, kedua pasangan bakal calon tersebut merupakan figur publik yang mumpuni dengan pengalaman yang dimiliki dan diperhitungkan baik politik, kemasyarakatan serta profesionalitas.
Figur publik memiliki popularitas, merupakan personal atau seseorang yang diakui masyarakat karena aktivitas dan profesionalitasnya yang memiliki nilai lebih dan menjadi pusat perhatian khalayak serta dikenal masyarakat secara luas, baik penampilan fisiknya maupun keahlian yang dimiliki. Pada moment politik di pemilihan umum popularitas harus dimiliki oleh setiap personal, akan tetapi memiliki popularitas tinggi tidak serta merta mempunyai elektabilitas yang tinggi. Elektabilitas mempunyai hubungan dengan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi para pemilih hingga digunakan sebagai rujukan dalam membuat keputusan memilih.
Namun begitu popularitas dengan elektabilitas diibaratkan bagai api dengan asap, mempunyai arti keduanya tidak bisa dipisahkan. Personal yang popularitasnya rendah, biasanya memiliki elektabilitas yang rendah, dikarenakan publik tidak banyak yang mengetahuinya, dan sebaliknya elektabilitas yang tinggi berasal dari popularitas yang tinggi. Biasanya dalam dunia politik, seseorang yang memiliki elektabilitas serta popularitas tinggi, mempunyai kesempatan lebih terbuka untuk memenangi sebuah pemilihan umum, karena tingkat keterpilihannya juga tinggi.
Secara adminitrasi Kota Blitar mempunyai wilayah 3 kecamatan yang terbagi 21 kelurahan, dengan hak pilih pada pemilihan umum kurang lebih 120 ribu. Baik secara personal maupun pasangan calon yang menginginkan keterpilihan, tidak mungkin membangun popularitas dan elektabilitas tanpa melibatkan tim pemenangan baik dari partai politik yang mengusung dan mendukungnya, maupun relawan yang dibentuk.
Tim pemenangan atau tim sukses merupakan marketing pasangan bakal calon yang berkompetisi pada pemilihan kepala daerah, harus mengetahui peta keberpihakan juga karakteristik para calon pemilih. Dengan menggunakan berbagai strategi untuk mengambil ketertarikan calon pemilih, membangun komunikasi salah satu cara yang harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa pasangan calonnya telah memenuhi kriteria yang dianggap tepat untuk dipilih.
Melihat pergerakan politik yang dinamis, salah satu warga kota Blitar Andi Yuwono, S.Sos, M.Si pernah menjabat ketua BEM Universitas Islam Blitar dan salah satu penggerak Solidaritas Masyarakat Anti Korupsi atau SOMASI, menilai untuk bisa mengambil ketertarikan para pemilih terhadap kedua pasangan bakal calon walikota dan bakal calon wakil walikota dibutuhkan visi yang kuat terkait Kota Blitar, dimana dengan visi tersebut digunakan mengukur tingkat ketertarikan para pemilih.
“Terhadap kedua bakal calon walikota dan bakal calon wakil walikota dibutuhkan visi yang kuat terkait Kota Blitar, dimana visi tersebut untuk menakar tingkat ketertarikan pemilih dalam menentukan pilihannya pada saat di TPS.Jadi popularitas dan elektabilitas bisa diciptakan dengan modal visi dan mempunyai tim sukses sebagai marketing bagi pasangan. Selain visi, pasangan calon harus mempunyai rekam jejak yang baik, mempunyai integritas serta komitmen terhadap keberlanjutan pembangunan di Kota Blitar bumi Bung Karno,” terang dosen Universitas Islam Negeri Syarif Rahmatullah Tulungagung.
Berbeda dengan pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Blitar, Rini Syarifah dikenal dengan panggilan mak Rini maju sebagai calon bupati Blitar, merupakan petahana atau incumben berpasangan dengan Abdul Ghoni.Pada pemilihan kepala daerah 2024, Rini Syarifah dan Abdul Ghoni akan berkompetisi untuk merebutkan kewenangan di kabupaten Blitar secara konsitusi dengan pasangan Rijanto dan Beki Herdiansyah.
Cukup menarik dimana Rijanto pernah menjabat bupati Blitar periode 2016 – 2021 berpasangan dengan Marhenis Urip Widodo yang juga menjabat wakil bupati periode 2016 – 2021 berkompetisi dengan Rini Syarifah yang berpasangan dengan Rahmat Santoso pada pemilihan kepala daerah 2020.Dari hasil perhitungan suara, pasangan Rini Syarifah dengan Rahmat Santoso berhasil mengungguli atad pasangan calon kepala daerah yang keduanya merupakan pasangan petahana.
Saat ini tidak sedikit banyak kalangan menunggu hasil perhitungan suara pemilihan kepala daerah yang digelar pada 27 Nopember mendatang, apakah petahana akan mampu mempertahankan posisinya atau harus mengakui kemampuan kompetitor politik empat tahun yang lalu.
Kabupaten Blitar memiliki 22 kecamatan, terbagi 220 desa dan 28 kelurahan, dengan pemilih kurang lebih 1 juta. Turun langsung ke masyarakat dengan melakukan kunjungan maupun pertemuan dengan menyampaikan program, gagasan yang ditawarkan, serta mendengarkan aspirasi dan bentuk – bentuk pencitraan yang lain, merupakan salah satu strategi marketing politik dan harus dilakukan untuk memperoleh kemenangan.
Pasangan calon biasanya tidak hanya melakukan komunikasi politik sebatas dengan partai politik dengan upaya mempengaruhi penguatan ideologis. Akan tetapi juga dilakukan komunikasi dengan calon pemilih diluar partai politik, dan sangat perlunya dilakukan baik dengan anggota masyarakat secara langsung, atau dengan organisasi masyarakat, komunitas maupun media massa, walaupun dalam pemilihan juga tidak menutup kemungkinan akan terjadi sederet perilaku negatif.
Mujianto, S.Sos, MSi direktur Blitar Information Center atau BIC yang selalu mengikuti perkembangan politik di kabupaten Blitar menuturkan, pemilihan kepala daerah 2024 sangat menarik, masing – masing pasangan calon bupati Blitar telah memilih brand personal sendiri dengan ” tetep nderek mak e “, sedangkan yang lainnya dengan julukan yang berbeda.Menurutnya, upaya membangun personal brand transformation, mempunyai tujuan untuk membangun hubungan dekat dengan sejumlah kelompok.
“Dengan menggunakan simbolisme yang mudah diingat, para calon menciptakan narasi dan identifikasi yang kuat dengan berbagai segmen pemilih.Kemudian dalam konteks media digital, peran penting komunikasi media digital sebagai alat perluasan distribusi informasi. Konsekuensi adaptasi strategi politik, dengan trend gimmick dan perilaku atraktif menuju pemilu 2024. Pemilihan simbol – simbol sederhana menjadi strategi efektif dalam mengkomunikasikan pesan politik dan menarik perhatian melalui media digital.” tutur ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia atau PPI Blitar Raya.
Popularitas dan elektabilitas yang tinggi menjadi ukuran kemenangan bagi pasangan bakal calon.Namun kemenangan maupun kekalahan tersebut, bakal diputuskan oleh para pemilik suara yang akan mengeksekusi dalam bilik tempat pemungutan suara atau TPS.Pada sebuah pemilihan, adanya dua pasangan calon atau head to head yang keduanya sama – sama mempunyai satu tujuan memperoleh kemenangan, hampir bisa dipastikan pasangan calon akan menjalankan semua strategi dari berbagai lini.
Dimulai dengan membangun popularitas dan elektabilitas yang tinggi, melakukan kampanye dengan menggunakan kedok survei terhadap para calon pemilih untuk bisa lebih dekat dan leluasa mempengaruhi orang yang gamang membuat keputusan memilih.Bahkan untuk mendapat kemenangan, pasangan bakal calon tidak sedikit menggunakan kepiawaian makelar suara atau biasa dikenal dengan botoh, yang mana tidak hanya dapat memengaruhi perilaku pemilih, akan tetapi mempengaruhi perolehan suara atau bahkan membalikkan hasil akhir dalam pemilihan.
Botoh bukanlah elit politik, namun diakui mempunyai peran yang penting sebagai aktor pemenangan pemilihan.Untuk memperoleh kemenangan, botoh bisa bergerak atas dasar inisiatif individual, namun tidak sedikit yang masuk dalam tim pemenangan dengan hubungan patron – klien, sebuah relasi yang didasarkan pertukaran sumber daya dengan pasangan calon yang akan dimenangkan.Menjalankan perannya, botoh melakukan strategi memanfaatkan karakter dan kondisi pemilih, dengan menggunakan data primer atau data sumber pertama, biasanya dilakukan dengan wawancara atau kuesioner maupun menggunakan dengan data sekunder.(Ans).