Blitar, Harian Forum.com – Meski beredar himbauan ditujukan kepada warga Nahdlatul Ulama kabupaten Blitar baik di struktural maupun kultural untuk tidak menghadiri
Istighosah Kubro Warga NU Kabupaten Blitar yang digelar Forum Warga NU Kabupaten Blitar pada Senin malam (20/5), ternyata tidak menyurutkan antusias sebagian warga nahdliyin mengikuti amalan untuk memohon ampunan dan perlindungan dari segala bentuk bahaya dengan doa dan zikir untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
hingga terlihat memenuhi halaman kawasan wisata religi makam Syaikh Abu Hasan dan Syaikh Abu Manshur, yang berada di desa Kuningan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar.
Puluhan kyai sepuh tampak hadir, yang mana dalam istighosah KH Mas’ud Jamhuri menyampaikan mau’idhah hasanah serta memimpin do’a. Sedangkan KH Zamzami Ghozali menjadi imam istighosah kubro yang diselenggarakan di halaman kawasan wisata religi makam Syaikh Abu Hasan, merupakan salah satu kyai keraton dimana pada usia mudanya, Syaikh Abu Hasan menerima penghargaan berupa tombak Dwi Sula dalam barisan pangeran Diponegoro, sebuah tanda bahwa Syaikh Abu Hasan adalah seorang penghulu yang taat, bermartabat dan selalu menyiapkan dirinya untuk menyebarkan agama Islam, serta melaksanakan jihad sabilillah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia menghadapi invaders Belanda, dan makam Syaikh Abu Manshur merupakan cucu Bendhoro Pengeran Hangabei Sandeyo atau Kyai Nur Iman Melangi putra Raden Mas Suryaputra yang bergelar Raja Amangkurat IV dengan Raden Ayu Retno Susilowati, dimana Syaikh Abu Manshur merupakan salah satu pengikut setia pangeran Diponegoro yang menetap bersama Syaikh Abu Hasan di Blitar.
Ketua Forum Warga NU atau FWNU kabupaten Blitar, Joko Nuryanto menjawab pertanyaan Harian Forum.com ditemui seusai paripurnanya acara, tujuan dengan diselenggarakan istighosah kubro, disampaikan bahwasanya digelarnya istighosah kubro warga NU kabupaten Blitar, setelah Forum Warga NU melakukan silaturahmi kepada para masyayikh di kabupaten Blitar.Joko menuturkan, salah satu pesan yang disampaikan para masyayikh untuk meredam dan menyelesaikan kemelut permasalahan yang sedang terjadi di tubuh kepengurusan cabang Nahdlatul Ulama kabupaten Blitar pada saat ini, hendaknya dipasrahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
” kalau istighosah sendiri sebenarnya doa dan zikir, yang kami gelar setelah forum warga NU melakukan silaturahmi kepada para masyayikh. Diantara pesan yang disampaikan agar permasalahan yang sedang terjadi saat ini dipasrahkan kepada Allah.Maka kepasrahan kepada Allah kita implementasikan dengan istighosah pada hari ini, tentang kondisi NU dan warga NU pada saat ini ” tuturnya.
Forum Warga NU kabupaten Blitar yang dideklarasikan pada Rabu tanggal 1 Mei 2024, dari pengamatan semakin hari semakin banyak warga nahdliyin yang mengikuti.Kesadaran terjadi dimungkinkan dengan berjalannya waktu, warga semakin mengetahui persoalan yang sebenarnya baik dari komunikasi sesama warga maupun memperoleh informasi yang disebarkan media publik, sehingga bisa memilah dan memilih secara obyektif.Selain itu mulai tampaknya tanda afraid atau takut, dengan timbulnya penilaian dari beberapa pihak termasuk pada kegiatan istighosah kubro, adanya upaya yang diistilahkan dengan penggembosan seiring beredarnya maklumat melalui salah satu aplikasi pesan singkat berisi himbauan yang ditujukan kepada warga nahdliyin untuk tidak menghadiri istighosah kubro.Joko Nuryanto sangat menyayangkan adanya himbauan tersebut dengan menandaskan bahwa larangan menghadiri istighosah kubro dikaitkan prahara NU kabupaten Blitar yang sedang terjadi dengan persoalan pemilihan ulang, dimana istighosah yang digelar Forum Warga NU dinilai sebagai kegiatan untuk penggiringan opini, baginya penilaian yang keliru.
” pergerakan yang dilakukan oleh forum, dinilai bermacam – macam beberapa pihak, termasuk pada hari ini istilahnya dilakukan penggembosan dengan membaca maklumat yang intinya warga NU dihimbau untuk tidak menghadiri istighosah, ini yang kami sayangkan.Apa yang menjadi motivasi beliau – beliau itu melarang menghadiri istighosah.Dan mereka membawa prahara NU pada pemilihan ulang, sehingga mereka membaca bahwa istighosah hari ini untuk penggiringan opini.Ya sah – sah saja menurut mereka, tetapi tentu kami tidak bermaksud seperti itu.Mungkin bisa diibaratkan kami menabur garam, ada yang merasa sakit, berarti ada yang yang mempunyai luka ” tandas Joko Nuryanto.(Ans).