Bali, HarianForum.com – Diungkapkan I Ketut Punia, penanaman padi varietas Mari Sejahterakan Petani atau varietas padi MSP di subak Penangin, Desa Batu Bulan, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, diatas lahan seluas 36 are atau 3.600 meter persegi diawali pada bulan April. Bila dihitung mulai dari penyemaian, pada saat ini usia padi 109 hari, dan rencananya pada akhir bulan Juli akan dipanen.
Aktif di komunitas Mari Sejahterakan Petani Indonesia, Ketut Punia menambahkan penjelasannya bahwa varietas padi yang ditemukan oleh pemulia padi Surono Danu, untuk sebaran penanaman padi selain di subak Penangin desa Batu Bulan, varietas padi MSP 13 dan 01 juga terdapat di Kedisan yang dibudidayakan sejak tahun 2020 oleh kelompok Kedisan Mandiri dengan penerapan tehnik pembudidayaan tanaman padi dengan memanfaatkan bahan alami, tanpa menggunakan bahan kimia sintesis atau biasa dikenal dengan tehnik budidaya tanaman organik.
“Wilayah Badung, padi MSP terdapat di subak Pedahanan sudah panen seluas 2,5 hektar dan dipilih jenis 13A, 13B serta 9 dan terakhir yang sudah dipanen MSP 01, difasilitasi dengan pupuk cair stimulan tanah dari ketua korda MSP Bali pak Nyoman Bagiana. Untuk MSP 01, ada yang dilokalisir di lahan yang terisolir seluas 15 are atau 1500 meter persegi untuk dijadikan bibit, dan sedang dibagi bagikan kepada petani yang mengikuti pelatihan bersama mas Aji Saptaji dan mas Irsan hari,” ungkapnya.
Dituturkan, padi di lingkungan subak Penangin, untuk produksivitasnya rata-rata mencapai 5 sampai 6 ton disetiap hektarnya, dikarenakan adanya faktor kualitas tanah untuk pertanian konvensional. Namun dari pengalamannya, padi MSP 13 menurut Ketut Punia dengan hemat pupuk atau semi organik hasil panen mencapai 7,2 ton pada setiap hektar.
“Ditempat kami tidak pernah terjadi rekor diatas 8 ton padi per hektarnya kecuali hibrida, kita kalah dipemupukannya karena memang harus banyak pupuknya. Untuk MSP 01 kita berharap bukan 7,2 lagi, tetapi lebih. Hari ini belum matang, masih belum 90 persen dan kita lihat nanti setelah panen, mungkin minggu depan baru dipanen, dan kami berharap 01 hasilnya lebih tinggi dari 13,” ujarnya.
“Menurut catatan petani yang mengikuti program kita, 13A rasa beras sangat disukai sedangkan 01 belum mengetahui rasanya. Untuk bibit dibawa dari Cirebon yang sudah ditanam 2 kali, dan ini yang kita tanam untuk ke 3 kalinya,” pungkas I Ketut Punia petani subak yang tinggal di Br. Pagutan Kelod, Desa Batubulan, Sukawati, Gianyar.(Ans)