Blitar, HarianForum.com- Persoalan dihadapi oleh petani, salah satunya air merendam lahan lahan pertanian akibat banjir, selain rusaknya tanaman pangan sampai gagal panen serta turunnya kualitas hasil produksi tanaman holtikultura, genangan air pada lahan pertanian mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung.
Dampak yang tidak menguntungkan akibat banjir pada pertanian, disampaikan Prof. Dr. Ir Suryo Wiyono Msc Agr, Dekan Fakultas Pertanian IPB University Bogor, menjawab HarianForum.com melalui aplikasi pesan.
Menurut pandangan penerima penghargaan Anugerah Konservasi Alam 2021, atas konsistensinya mengembangan mikroba untuk kemanfaatan langsung kepada petani dalam menekan penggunaan bahan kimiawi, dijelaskan akibat banjir berdampak langsung akibat faktor fisik yang menyebabkan tanaman akan mengalami rontok bunga atau bakal buah. Sedangkan dampak secara tidak langsung, timbulnya penyakit tertentu yang membuat busuk batang pepaya, busuk batang cabai dan kresek padi.
“Antisipasinya, petani harus rajin membaca prediksi cuaca yang bisa dibuka melalui website BMKG. Sedangkan untuk penerapan tehnologi, bisa meminimalisir genangan seperti membuat bedengan tinggi, menanam jagung yang tahan genangan dan lain lain,” ungkap ketua Nasional Gerakan Petani Nusantara, Sabtu (22/9).
Pengembangan tanaman komoditas ekonomi merupakan langkah strategi untuk meningkatkan perekonomian lokal, regional maupun nasional, menjadi sebuah alasan pengalihan fungsi hutan menjadi non hutan atau deforestasi semakin meluas.
Namun perluasan lahan tanaman komoditas ekonomi di area lahan hutan, semestinya pemerintah, pemangku kebijakan area hutan maupun pengelola tidak melepas tatanan kesatuan secara menyeluruh antar unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi dan tetap komitmen untuk menjaga serta melindungi keanekaragaman hayati.
Krisis tegakan pohon pohon besar di hutan, menjadi satu ancaman erosi tanah karena tergerusnya lapisan permukaan tanah disebabkan pergerakan air, sedangkan pohon pohon yang berfungsi sebagai penahan tidak memadai. Intensitas curah hujan tinggi dengan waktu yang cukup lama merupakan potensi terjadinya banjir.
Penumpukan material tanah disungai terbawa air dari tempat lebih tinggi, mengendap di saluran sungai dan membuat sungai menjadi dangkal, juga sebagai penyebab banjir dengan meluapnya saluran air dan sungai.
Ditemui HarianForum.com di pondok nutrisi Ngaji Tani, Budi Wijayanto penggiat pertanian dan lingkungan, memberikan pendapat bahwa persoalan faktor penyebab banjir di daerah daerah sekitarnya pada waktu musim hujan.Ahli nutrisi organik tanaman dan ternak mandiri, menjelaskan bahwa persoalan di daerah disekitarnya yang menjadi langganan banjir, banyaknya volume material tanah bersama air berubah menjadi lumpur dari perbukitan turun tanpa halangan ke bawah menuju saluran sungai, karena kurangnya pohon pohon hutan sebagai penahan.
Banyaknya material yang mengendap, sungai menjadi dangkal dan air sungai meluap hingga menggenangi tempat tempat lebih rendah yang berada disekitarnya, tidak hanya merendam pemukiman warga maupun fasilitas umum. Akan tetapi puluhan hektar lahan lahan pertanian pangan produktif bakal terimbas gagal panen.
Budi Wijayanto menambahkan, sebenarnya pihak pemerintah pusat sudah menjalankan proyek pengendalian banjir dan membuat embung di perbukitan. Namun sayangnya kebijakan tersebut kurang adanya dukungan integrasi dari komponen yang memiliki kolerasi terhadap terjaganya ekologi hutan, sehingga erosi dan banjir tetap tidak bisa dihindari.
“Jadi sebenarnya pemerintah sudah membuat alternatif, sebelum masuk ke aliran sungai 8 kilometer kali Bogel menuju Brantas itu, dibuat seperti embung. Dengan harapan air dari bukit bukit itu masuk ke embung dulu, akhirnya yang masuk di situ airnya saja tidak ada sedimennya, sebenarnya skenarionya seperti itu. Tetapi ternyata, skenarionya tidak seperti yang diharapkan. Sedimen tetap menerobos ke sungai mencari jalan sendiri sendiri. Karena kurangnya tegakkan pohon pohon keras, atau sudah hilang,” jelas Budi Wijayanto, Jumat (21/9).
Tidak ada kemanfaatan saling menyalahkan terjadinya bencana, apalagi menyalahkan hujan sebagai penyebab banjir. Namun saat ini waktu yang tepat antara pembuat kebijakan, pengelola serta masyarakat intropeksi dengan penuh kesadaran untuk mengembalikan fungsi hutan.
Penanaman berbagai jenis pohon keras atau penghijauan hutan benar benar harus dilakukan secara serius, tidak hanya menanam akan tetapi merawat serta melestarikan. (Ans)