Tulungagung, HarianForum.com- Meskipun masuk kategori jajanan lawas, cenil merupakan jajanan yang memiliki tekstur kenyal. Makanan yang namanya dikenal semua lapisan sosial masyatakat ini, dalam penyajian dilengkapi dengan parutan kelapa serta saus yang terbuat dari gula merah.
Biasanya jajanan yang terbuat dari tepung kanji, bahan bakunya terbuat dari nabati tanpa melibatkan maupun mengandung lemak juga protein dari hewan. Sampai saat ini, cenil merupakan salah satu kuliner tradisional yang masih banyak peminat dan penikmatnya.
Seorang penikmat kuliner dari generasi milenial, tampak menyangga sepincuk cenil dan menikmatinya di sebelah salah satu gerobak dagang yang berada dipinggir jalan, mendekati ujung pertigaan utara jembatan Ngujang 2.
Iwan merupakan generasi milenial yang tinggal di Surabaya ini, mengakui bahwa dirinya memang seorang penggemar kuliner tradisional terutama jajanan cenil, lopis, ireng ireng dan jajan lainnya.
Iwan menututurkan bahwa setiap melintas di jalan alternatif yang menghubungkan Desa Bukur, Kecamatan Sumbergempol dan Desa Pucunglor, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, dirinya menyempatkan untuk menikmati kuliner cenil.
“Dua kali melewati jalan sini, ya 2 kali saya membeli cenil disini. Saya tahunya pas melewati jalan ini, ternyata ada penjual cenil, karena memang saya suka dengan kuliner yang tradisional, ya salah satunya ya cenil ini,” ucapnya sambil duduk santai menikmati.
Gerobak yang berada dilahan sebelah barat jalan, selain cenil terlihat lopis, ireng ireng, getuk, kicak, di dalam etalase kaca gerobak yang menjadi lapak dagangan. Namun tidak hanya itu, di dalam etalase kaca lapak tersebut juga nampak tersedia pecel punten serta lontong sayur.
Ida warga desa Pucung Lor, kecamatan Ngantru, kabupaten Tulungagung, pemilik lapak dagang makanan yang masih mempertahankan kelestarian tradisi lokal ini, mengaku telah berjualan makanan semenjak diresmikan pembukaan jembatan pada tanggal 4 Januari 2019.
Ida juga menceriterakan bahwa sebelum berjualan di sekitar jembatan yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, dirinya menjajakan dengan dagangan yang sama, namun dirinya berpindah pindah karena mengikuti ada acara pasar malam atau ada hiburan rakyat.
Menjawab HarianForum.com, seberapa banyak warga yang menyukai, berminat dan membeli dagangannya, Ida menjelaskan bahwa sekarang semakin banyak warga yang berminat dengan makanan yang dijajakan atau dijualnya.
Menurutnya dengan melihat bertambahnya para pembeli dan para pelanggannya yang kembali lagi, menjadi salah satu argumen bahwa warga ternyata masih menyukai kuliner tradisional.
“Untuk membuat getuk, setiap harinya dibutuhkan bahan baku 10 kilo, sedangkan untuk membuat punten membutuhkan 3 kilo. Sekarang kelihatan semakin banyak yang berminat dengan jajan atau makanan tradisional seperti ini,” terangnya sambil melayani pembeli yang menunggu antrian.(Ans)